18 Oktober 2013

Jenis-Jenis Pupuk untuk Perkebunan kelapa sawit

1. Pupuk Urea

Merupakan pupuk Nitrogen untuk pertumbuhan akar, batang dan daun. Sebelum diserap oleh akar, nitrogen terlebih dahulu diubah menjadi nitrat melalui beberapa tahapan proses alamiah. Pupuk urea sangat peka terhadap air / uap air dan suhu udara. Urea yang terurai oleh air menjadi Carbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3). Kedua senyawa ini pada suhu khatulistiwa 28º – 31º C akan menjadi gas.

Pada musim kemarau hampir 55 % dari dosis urea yang ditaburkan hilang oleh penguapan. Dan dimusim hujan, urea akan larut dalam air mencapai 79% dan hilang dalam proses pencucian. Maka sangat tidak menguntungkan jika urea ditaburkan  pada saat matahari sangat terik atau saat jumlah air melimpah. (Cooke, G.W. 1982. Fertilizer For Maximum Yield. Granada Publishing. London)


2. Pupuk Phospat (TSP, SP-36, CiRP, RP dan lainnya)

Pupuk unsur hara Fosfor (P) yang merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Fosfor berfungsi sebagai bahan pembentuk protein, membantu asimilasi serta mempercepat pembentukan bunga, pematangan biji dan buah. Sifat fosfat ini bereaksi dengan logam-logam berat, sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 bagian dari fosfat yang dapat dimanfaatkan tanaman. Selebihnya membentuk endapan yang sulit larut dalam air (fiksasi).

Proses ini menjadikan lapisan tanah mengeras, terutama lahan yang sudah berulang kali ditaburi fosfat. Efek keseluruhannya menyebabkan tertutupnya pori-pori tanah sehingga transportasi udara, air dan unsur hara tidak berjalan serta mikroba-mikroba yang bekerja menyuburkan tanah terancam punah. (Tan Kim Hong, 1982. Principles of Soil  Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York)

Rendahnya kadar sulfur (S) di dalam tanah disebabkan oleh penyerapan tanaman yang tinggi, rendahnya kadar sulfur di dalam pupuk yang selama ini dipakai oleh petani kelapa sawit dan rendahnya kemampuan tanah dalam menyediakan sulfur. Sulfur diperlukan dalam jumlah yang tinggi sesudah nitrogen karena kelapa sawit termasuk tanaman yang bijinya menghasilkan minyak (oil seed). Semua tanaman jenis ini memerlukan sulfur dalam jumlah yang banyak untuk pembentukan asam amino dalam menghasilkan protein nabati yang terkandung di dalam minyak sawit (Kamprath dan Till, 1983).

Pupuk yang dipakai oleh petani mengandung sulfur yang sangat rendah sehingga kontribusinya dalam menyediakan sulfur juga rendah. Sedangkan kadar sulfur di dalam tanah kering masam yang jauh dari lokasi industri termasuk sangat rendah-rendah (masih <250 air="" dan="" dari="" em="" ha-1="" hujan="" karena="" kg="" ppm="" rendah="" sumbangan="" tahun-1="" udara="">Gupta dan Dubey, 1998
).
3. Pupuk MOP (KCL)

Merupakan sumber Kalium (K) bagi tanaman. Fungsi utamanya membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Untuk tanah yang liat kalium yang ditaburkan terikat oleh komponen tanah sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 dosis yang dapat terserap tanaman. Untuk tanah berpasir dimana pori-pori tanah cukup besar maka pupuk kalium mudah tercuci dan terbawa aliran air.

Untuk kasus kalium, kadarnya yang rendah dimungkinkan oleh tingginya kebutuhan kelapa sawit akan kalium sehingga terjadi penyerapan yang melebihi unsur hara lainnya. Hal ini dilaporkan oleh Moody et al. (2002) bahwa untuk menghasilkan sebanyak 27 ton TBS, kelapa sawit memerlukan kalium tertinggi sebanyak 257 kg, diikuti oleh nitrogen, sulfur, magnesium, kalsium, dan fosfor, masing-masing sebanyak 190, 60, 54, 43, dan 26 kg.

Tidak ada komentar: