26 Januari 2010

Catper Sempu Island




Kisah ini adalah kisah darmawisata 3 orang anak GP`06 menuju Pulau Sempu, sebuah pulau di selatan malang. Pulau yang konon keindahannya melebihi Phi Phi island di Thailand tempat syuting film the beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio. Sebagai Kaskuser gw sudah sering mendengar tentang kebagusan pulau ini sehingga menjadi penasaran dan ingin membuktikan sendiri. Peserta dari kegiatan ini adalah gw sendiri plus 2 orang anak GP`06 yang sebenarnya sedang KP di daerah Tuban. KP mereka sebenarnya sebulan namun oleh pembimbng mereka dipercepat menjadi 2 minggu saja. Demi keamanan kita sebut saja mereka sebagai mr. X dan mr. Y. Karena kalo sampe ketahuan pak Yuliusman mereka KP cuma 2 minggu doang bisa2 disuru KP ulang. Hehe

Awalnya mereka mendesak gw untuk ke Tuban dan kemudian kami akan jalan-jalan ke Bali. Rencana mereka tergolong nekat karena tanpa perencanaan dan tanpa tujuan. Pokoknya ke Bali. Gw menolak alasan ini karena beberapa alasan: nekat abis, cari penyakit, serta yang terakhir dan yang paling penting saya nga ada duit kalo ke Bali. Intinya kalo ke Bali monggo deh gw nga ikut bos... Jadilah gw rekomendasikan ke mereka gimana kalo ke Pulau Sempu saja karena keindahannya yang sudah tersohor dan mungkin ini akan menjadi pengalaman sekali seumur hidup bagi mereka plus kalo ke Bali kan bisa ntar aja pas kita2 udah sukses bareng keluarga. hehehe

Jadilah pada hari Sabtu saya berangkat ke Tuban menggunakan kereta ekonomi tujuan Surabaya bersama rakyat Indonesia lainnya. Nga ada pengalaman menarik di sini kecuali rasa kangen naik KRL Jakarta – depok yang masi lebih bagus dari kereta ini. Sepanjang perjalanan di isi dengan bertasbih mengingat saya pergi sendiri dan sudah sering mendengar terjadi kejahatan di kereta. Gw juga memesan kepada mr. X dan mr. Y untuk membeli senter dan beberapa makanan kecil seperti sarden sebagai persiapan untuk ke Sempu nantinya. Akhirnya jam setengah 6 minggu pagi saya sampai di terminal Bojonegoro dan langsung menuju ke Petrochina Tuban tempat mr. X dan mr. Y gawe.

Sesampainya di sana saya disambut oleh mr. X karena mr. Y saat itu sedang ke gereja. Dan seperti sudah di duga di kost2an mereka ditemukan barang yang sudah tidak asing lagi yaitu stik bwat main game dan di layar laptop sedang berlangsung pertandingan football manager. Langsung tanpa basa basi kami main PES sampai mr. Y pulang. Ketika mr. Y pulang dia mengatakan sebaiknya keberangkatan ditunda hari Senin saja karena nanti sore dia mau ke gereja lagi. Mantap gan.

Usut punya usut ternyata mr. Y pengen ke gereja bwat mencari cewe2 Bojonegoro yang katanya cantik2. Padahal rencananya kami akan langsung menuju Malang hari ini juga terpaksa ditunda keesokan harinya. Kemudian saya meminta mereka untuk menunjukkan tempat pariwisata yang ada di Tuban namun mereka bilang nga ada tempat wisata alam yang menarik di sana yang ada hanya tempat wisata birahi (tempat lokalisasi). Yawdah seharian cuma dihabiskan bwat main PES sekaligus mereka menceritakan apa saja yang mereka lakukan selama KP. (FYI Sepertinya kemampuan bermain PES mereka meningkat pesat selama di Tuban hehehe..). Untuk wisata kuliner juga daerah ini nga banget deh. Nga ada masakan padang. Masi jauh lebih enak masakan di Jakarta.

Saya juga kembali meyakinkan mereka mengenai Pulau Sempu dimana saya pastikan ini akan menjadi the unforgettable moment dibandingkan kalo harus ke Bali. Kekhawatiran mr. X terutama adalah dia takut gw ngebawa mereka ke hutan sedangkan mr. Y ketakutan ada ular sehingga saya terus berusaha meyakinkan mereka.

Sore harinya mr. Y pergi ke gereja namun yang berbeda kali ini dia menggunakan baju yang necis abis dan berdandan cukup lama. Heran juga ngeliatnya. Setelah berangkat dia kembali lagi karena katanya ada yang ketinggalan dan dilanjutkan melihat kaca dan mengecek penampilannya. Hal ini berlangsung sampai LIMA kali. Pergi – balik lagi – dandan – pergi lagi – balik lagi – dandan begitu seterusnyasampai akhirnya dia benar2 pergi.

Sumpeh deh Tuban tuh kota mati banget nga ada hiburan sama sekali. Akhirnya malam itu kami merapikan rencana perjalanan kami. Di sini terlihat bahwa mr. Y sepertinya masi ragu untuk melakukan perjalanan ini. Pertanyaan2 seperti ada ular nga di sana? Masuk hutan nga? Pulau itu berpenghuni nga? Sampe hal2 yang berbau mistik? Harus saya jawab dengan sabar.

Sebenarnya 2 hari sebelumnya anak elektro 2006 juga baru dari sana sehingga kami menghubungi mereka untuk mengetahui kondisi terakhir pulau Sempu. Dia mengatakan bahwa untuk saat ini not recomended untuk ke pulau Sempu. Karena sering hujan dan badai serta kalo mau ke sana lebih baik berangkat siang karena bila berangkat pagi atau sore bakal hopeless banget. Apalagi air laut sedang pasang saat ini sehingga ombak juga cukup besar.

Anak elektro tersebut juga menyarankan beberapa hal untuk mengelabui jagawana Perhutani pulau Sempu. Pertama-tama bila ditanya apakah sudah pernah ke sini sebelumnya jawab aja sudah. Lalu kemudian akan dites mengenai pulau Sempu. Untungnya kami sudah mempunyai beberapa literatur dari internet mengenai pulau tersebut. Kemudian jagawana tersebut akan ngemeng2 nga jelas yang intinya minta duit (Ujung-ujungnya Duit) seikhlasnya. Kasi aja 20.000.

Mr. Y yang menerima menelepon saat itu semakin shock saja. Memang sedari awal saya dan mr. X sudah menyadari bahwa sepertinya mr. Y agak ragu bakal ke pulau Sempu. Gw pun udah pasrah kalo seandainya rencana ini tidak berhasil walaupun sebenarnya kecewa banget.

Dengan nada sok tegar walaupun sebenarnya pengen nangis karena nga jadi gw usulin aja kalo balik lagi ke rencana awal mereka yaitu ke pulau Bali. Tapi kalo ke Bali gw menjadi peserta aja soalnya gw nga tau sama sekali angkot, lokasi wisata, dan sebagainya. Mr. Y menyambut baik usul tersebut. Akhirnya kami tidur malam itu dengan keputusan besok akan berangkat ke BALI.

Next morning, ketika bangun tidur tiba-tiba mr. Y bilang “ok mari kita berangkat ke Sempu apapun resikonya”. Hehehe... Gw menyambutnya dengan gembira. Akhirnya kami pun bersiap untuk berangkat. Rencananya kami berangkat jam 7 namun lagi2 mr. Y kembali bertingkah. Kali ini udah mandinya lama, dandannya pun lamaaaa banget. Apalagi kemudian dia memakai pakaian kayak orang mau ke mall padahal kami mau ke pantai. Ckckck...

Kami pun segera berangkat menuju Malang. Dari Tuban kami harus naik bus kecil terlebih dahulu menuju bojonegoro dengan tarif 6.000@orang. Kemudian dilanjutkan menggunakan bus ke Surabaya dengan ongkos 15.000@orang. Perjalanan bus ini berlangsung cukup lama sekitar 2 jam. Keluar dari tol kami melihat bus menuju Malang. Kami langsung naik bus tersebut dengan tarif 12.000@orang. Perjalanannya sendiri memakan waktu kurang lebih 2 jam.

Perjalanan menuju Malang ini melewati kota Sidoarjo di mana terdapat Lumpur Lapindo. Kami melihat dengan mata kepala kami sendiri tanggul setinggi 5 meter yang sungguh nga bisa dibayangkan bila jebol. Menurut orang2 sekitar ketika malam juga sering tercium bau menyengat dari kawasan lumpur tersebut. Rumah2 di sekitar kawasan tersebut juga banyak yang tidak berpenghuni lagi karena penghuninya sudah pindah walaupun rumahnya belum terkena lumpur. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan. Dari berita yang saya dengar lumpur lapindo disebabkan kesalahan pada saat proses cementing yang dilakukan oleh service company. Hal ini saya camkan baik2 di hati saya agar bila nanti saya bekerja di service company agar saya tidak mengulangi kesalahan yang sama (wkwkwk).

WELCOME TO SWISS VAN JAVA!!! Malang is my second city. Banyak kenangan indah yang terukir di kota ini. Bahkan gw berencana menghabiskan hari tua gw di kota ini.. Apalagi pemandangan alamnya yang menurut gw nga ada tandingannya. Cewe2 malang juga terkenal manis2 dan ramah2. Hampir sepanjang perjalanan banyak yang menanyakan “berasal dari mana dek” dan kemudian akan kami jawab dengan bangga “Teknik kimia UI Bu..”

Anyway, kami sampai di malang sekitar pukul 1. Dari Malang kami langsung menuju pantai Sendang biru. Rute yang harus dilalui cuikup panjang. Mulai dari terminal arjosari malang menuju terminal gadang (3000@orang) lalu ke pasar turen (4000@orang) dari sini kami menuju pantai Sendang Biru (12000). Angkot dari Turen hingga Sendang Biru merupakan yang paling as#ho##. Angkot ini baru mau jalan kalo penumpangnya sudah penuh. Padahal kami sedang memburu waktu agar tidak kesorean ketika tiba di Sempu nantinya.

Terpaksa kami harus membayar biaya tambahan agar angkot ini mau berjalan saat itu juga. Perjalanan dari Turen hingga Sendang biru memakan waktu hingga satu setengah jam. Jalan yang leiuk-liuk membuat perut agak mual. Namun pemandangan selama perjalanan juga cukup mem\nakjubkan untuk dilihat. Pukul 4.30 sampailah kami di Sendang biru.

Pantai Sendang biru sesuai namanya sepanjang mata memandang berwarna biru jernih. Walaupun terletak di laut Selatan Jawa pantai ini nyaris tidak berombak karena lokasinya tepat di depan pulau Sempu sehingga ombak terhalang oleh pulau. Kemudian saya dan mr. X pun mengurus perizinan untuk masuk pulau sedangkan mr. Y menjaga barang bawaan kami.

Agar tidak dikira turis dari Jakarta maka ketika bertemu Jagawana Perhutani saya mencoba bercakap-cakap menggunakan logat Jawa yang medok. Kami juga mengaku berasal dari daerah Bojonegoro. Ketika ditanya alamat langsung kemampuan mengarang bebas ala MPKT gw keluarkan. Bahkan gw sudah lupa alamat yang gw sebutkan tersebut. Mr. X hanya tersenyum mendengar apa yang saya lakukan. Surat izin pun didapatkan.. OK LET`S GO TO SEMPU ISLAND.

Saat saya dan mr. X mengurus perizinan, mr. Y menyempatkan diri untuk mengobrol dengan penduduk sekitar mengenai bahaya2 apa aja yang mungkin ada di pulau Sempu. Penduduk tersebut bilang bawa di pulau Sempu banyak terdapat ular kecil sehingga kami harus berhati-hati. Mendengar hal tersebut mr. Y kembali panik dan menanyakan kepada gw senjata apa yang kami bawa untuk kemungkinan menghadapi gangguan ular. Emang cupu banget niy orang (piss bos). Saya cuma bisa bilang di dalam hati bahwa senjata gw cuma tasbih dan doa kepada Allah. Walaupun ketika kuliah gw jarang sholat tapi yang namanya di gunung, tebing, gua, sungai ibadah selalu nomor satu karena hidup kita benar2 tergantung kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Berkehendak.

Untuk menuju Sempu kami harus menyewa perahu dengan tarif 100.000 per perahu. Sungguh sangat mahal untuk perjalanan yang paling lama 10 menit ini. Tapi mengingat kami bertiga adalah orang-orang kaya raya biaya tersebut bukanlah masalah. Hehehe… kami langsung menuju ke Pulau Sempu pada hari itu juga. Perjalanan melintqasi Sendang Biru berlangsung biasa saja. Beberapa kali kami melihat burung pelican yang sedang berburu makanan. Saat itu hari sudah menjelang sore. Kondisinya lumayan mencekam karena kami harus menerobos hutan rimba di depan kami untuk menuju Segara Anakan. Sesuatu yang ditakutkan mr. X.

Ketika kami masuk hutan waktu itu sudah menjelang malam sehingga kami harus cepat-cepat. Apalagi senter yang sudah saya wanti2 agar dibeli di Tuban tidak dilaksanakan. Sehingga alat penerangan kami saat berjalan malam nanti hanya sebuah lampu yang bisa dicharger yang dengan sukses belum dicharge ketika berangkat. Kami berjalan beriringan dengan mr. X berjalan di depan, diikuti gw dan mr.Y paling belakang. Seperti halnya ketika kuliah mr. X menunjukkan kreatifitas yang tinggi dengan kemampuannya memilih jalur yang paling landai dan aman.

Jalan setapak yang kami lalui sungguh sangat buruk sekali. Banyak terdapat kubangan2 berisi air yang sangat menghambat jalan kami. Namun satu hal yang saya sadari ternyata kondisi fisik mr. X dan mr. Y jauh lebih kuat daripada saya. Hal itu terbukti saat saya sudah sangat lelah namun mereka berdua mampu tetap berjalan seperti biasa. Yang terlihat paling strong dalam perjalanan ini adalah mr. X padahal di kampus dia keliatan cukup letoy orangnya (wkwkwk). Kami berjalan dalam diam menembus hutan Sempu yang masi alami ini.

Sekitar setengah jam kami berjalan awan semakin menghitam dan malam pun tiba. Jalanan yang kami lalui semakin memburuk Akhirnya kami menyerah untuk menggunakan lampu charger. Namun akhirnya ketakutan yang kami pikirkan pun terjadi, lampu tidak dapat bertahan lama. Beberapa kali saya terjatuh karena tidak dapat melihat jalan. Baru kali ini saya menjadi orang terlemah dalam perjalanan. Saya yang seharusnya menjadi guise malah guide-in oleh kedua rekan saya ini.

Ketika tubuh semakin lelah, emosi terkadang tidak dapat dikontrol lagi berkali2 saya nyeletuk kenapa sampe lampu nga discharge sebelum berangkat. Benar2 sangat menganggap remeh perjalanan ini!! Sebenarnya mereka tidak 100% salah karena memang mereka sudah mewanti tidak mau masuk hutan dan lampu Cuma digunakan ketika berkemah nanti. Tapi yang saya cukup salut juga adalah mr. Y yang dengan bersemangat mengatakan bahwa kami harus terus berjalan hingga Segara Anakan (Tempat yang kami kemping). Nga ada cerita tidur di tengah hutan ini walaupun saya sudah menawarkan untuk membuka renda di sini.

Lampu yang kami bawa ternyata tidak mampu bertahan lama sehingga kami terkadang harus berjalan dalam gelap. Sebagai orang terlemah dalam kelompok saya paling sering jatuh dibandingkan kedua rekan saya. Kami juga tidak boleh minum air terlalu banyak. Karena kami hanya membawa persediaan air sebanyak 6 botol aqua (9 liter). Memang di pulau ini tidak ada persediaan air tawar, airnya asin semua.

Saking lelahnya kami berjalan, terutama saya, saya sampai mengalami fatamorgana melihat pantai. Memang di sebelah kiri kami terlihat lapangan yang luas namun gelap. Bahkan saya mencoba meyakinkan mereka untuk langsung turun saja karena kami sudah tiba di pantai. Namun menurut mr. X dan Mr. Y wilayah di sebela kiri kami itu adalah laut. Sekitar setengah jam kemudian kami masi saja belum melihat pantai dan saya semakin yakin kalau di sebela h kanan kami itu adalah pantai.

Kondisi yang sudah hopeless ditambah HP yang nga ada sinyal membuat kamis semakin khawatir. Jalanan yang kami lalui juga semakin terjal saja. Lampu yang kami bawa sudah tidak bisa diharapkan lagi. Akhirnya kami menggunakan sumber cahaya dari HP untuk membantu penerangan kami. Kami bertiga (terutama saya) berulang kali terjatuh. Sampai akhirnya kami melihat cahaya dari tenda sebagai petunjuk kalau kami telah sampai di Segara Anakan setelah ebrjalan kurang lebih satu setengah jam. Mungkin kalo membawa cewe perjalanan akan menempuh waktu yang lebih lama lagi.

Setibanya di pantai kami langsung mendirikan tenda dan menyiapkan makanan. Kondisi tubuh yang penuh lumpur langsung kami basuh menggunakan air laut. Bunyi deburan ombak laut Selatan juga begitu keras terdengar. Cuaca sampai saat ini benar2 perfect. Bintang2 di langit terlihat sangat jelas. Bahkan menurut mr. X bila semua cahaya di Segara Anakan ini dimatikan maka kami dapat meihat sungai bintang.

Ada empat tenda yang sudah berdiri sebelumnya. Namun kami menyadari bahwa ada yang terlupakan. Kami lupa membeli ikan. Padahal rencananya malam ini kami akan makan ikan bakar. Apa boleh buat makanan yang kami miliki hanya beras, mie, dan telur asin sehingga kami harus lebih menghemat makanan.

.Setelah selesai makan kami langsung rebahan karena kondisi fisik yang sudah sangat lelah. Kami mengisi sisa mala mini dengan bergurau dan bercerita mengenai pengalaman yang telah kami lalui. Ngobrol ngalor ngidul yang ujungnya apalagi kalo bukan ngomongin cewe. Ketika sampai pada pertanyaan siapa cewe tercantik di GP`06 ternyata kami memiliki pandangan yang berbeda satu sama lain. Hal ini tentunya hanya akan menjadi rahasia kami bertiga ^_^. Tanpa sadar mata kami terpejam dan tertidur pulas.

Belum lama kami tertidur, mr X berteriak “BADAI!!!”. Sontak kami langsung terbangun. Ketika berteriak tadi Mr. X bilang bahwa itu adalah teriakan keduanya karena ketika dia teriak pertama kali tidak ada yang bangun saking lelahnya. Alhasil tenda kami langsung kemasukan air. Di beberapa tempat timbul genangan air. Dan dengan suksesnya HP mr. X yang baru dibelinya berada di salah satu genangan air. HP mr. X langsung mati seketika.

Ketika mr.X dipusingkan dengan HP-nya, saya dan mr. Y dipusingkan dengan air yang telah masuk ke tenda kami. Kami langsung menyelamatkan barang2 kami. Untunglah badai hujan ini hanya berlangsung sebentar. Ketika hujan mereda, kami langsung membetulkan tenda kami dan menyeliubunginya dengan plastic yang kami bawa. Harapannya hal ini dapat mencegah air masuk ke tenda bila ada hujan lagi.

Mr. X dan mr.Y berkata bahwa mereka tidak dapat tidur lagi dalam kondisi basah seperti ini. Namun saya yang sudah terbiasa dengan kondisi ini langsung terlelap lagi. Berikutnya bukan badai hujan yang menimpa kami namun badai angin kencang. Sial.. Tenda kami bahkan sudah berderak setiap kali angin kencang datang. Dan biasanya mr. y akan langsung terbangun dan menahan tenda dengan tangannya sampai angin berhenti berhembus. Ini terjadi beberapa kali. Malam yang seharusnya indah ini telah berubah menjadi malam yang penuh bencana.

Pagi harinya kami terbangun dengan badan masi pegal2. Kondisi cuaca saat itu sudah bersahabat kembali. Akhirnya kami dapat melihat Segara Anakan yang terkenal itu. Segara anakan adalah suatu danau yang berbatasan langsung dengan Laut Selatan Jawa dabn dibatasi oleh tebing2 curam. Air laut masuk lewat sebuah lubang kecil di sebelah kiri danau. Bila ada ombak tinggi maka air laut akan masuk melalui lubang tersebut.

Pada kondisi surut kami dapat mencapai bagian ujung Segara Anakan. Namun sayangnya saya dan mr. Y tidak bisa berenang sedangkan mr.Y dan hanya mr. X yang merupakan anak daerah yang bsia berenang. Kemudian kami langsung menuju tebing2 curam untuk menikmati suatu pemandangan maha indah. Kami berdiri di atas karang di mana di bawah kami ada hempasan ombak laut Selatan yang menerpa karang.

Cukup lama kami berada di tempat tersebut. Setelah puas berfoto2 dan menikmati pemandangan kami kembali ke tenda untuk menyiapkan makan pagi. Menu makan pagi algi2 sama dengan makan malam: Nasi + telur asin + mie goreng. Bedanya kali ini kami harus memasak mie menggunakan air laut karena kondisi air yang sudah benar2 tipis. Jadi dengan sangat terpaksa kami harus memakan mie goreng asin.

Sambil memasak kami juga memasak beberapa hal tentang perkuliahan hingga penerapan ilmu yang kami dapat selama kuliah. Mulai dari mau ngapain aja di semester terakhir ini, mau ngambil asisten apa, teori2 mengenai cara untuk menghilangkan kandungan garam dari air laut, mineral apa saja yang terkandung di air laut (Bwat ikut LRPTN wkwkwk), Seberapa cepat proses perpindahan panas dari parafin ke nasi lalu ke air, kenapa air laut yang terus2an mengisi Segara Anakan tapi kok Segara Anakannya nga penuh2 dan lain sebagainya.

Karena sudah gatal untuk berenang akhirnya saya dan mr.X langsung berenang sedangkan tugas memasak dilanjutkan kepada mr. Y. Kami langsung berenang serasa berada di pantai pribadi. Kami benar2 memanfaatkan liburan ini sebagai sarana refreshing. Mungkin ini akan menjadi sarana refreshing terakhir kami sebelum menghadapi prof. Bismo (FYI saya dan mr. X sama2 dibimbing oleh beliau). Sebenarnya mr. X masi terbebani karenaHPnya yang sudah wafat dan tidak bisa dinyalakan lagi.

Mr. Y menginformasikan bahwa nasi beserta mie sudah matang. Akhirnya kami langsung makan di pantai dengan hanya mengenakan celana renang saja. Untung nga ada akhwat ^_^. Sungguh suatu pengalaman sekali seumur hidup. Selesai makan kami langsung berenang kembali. Kali ini mr. y ikut berenang. Pantai Segara Anakan dari ujung ke ujung serasa hanya milik kami bertiga saja. Apalagi saat melihat deburan ombak dari Laut yang melewati lubang sungguh sangat menakjubkan. Beberapa saat kemudian rombongan lain pun tibadan ikut berenang.

Untuk melampiaskan kegembiaraan. Saya mengusulkan agar kami melakukan yel2 dan mars GP dan teknik. Sayangnya mr. X terlalu malu untuk melakukannya sedangkan mr. Y nga hapal. Benar2 tidak memiliki kebanggaan sebagai anak teknik dan GP. Hahaha..

Alhamdulillah kondisi cuaca hari itu sungguh bersahabat. Pantai ini juga sama sekali tidak berombak. Sayangnya kami tidak membawa peralatan snorkeling sehingga tidak dapat mengamati pemandangan bawah lautnya. Kami berenang sekitar lima jam lebih. Mr. Y sudah memperingatkan untuk tidak berenang lama2 karena dapa tmenyebabkan kulit rusak. Namun saya dan mr.X tidak mengindahkannya.

Sebenarnya ada suatu alasan kenapa kami ingin terus berenang. Yaitu begitu kami selesai, maka kami harus melakukan hal2 yang menyebalkan mulai dari beres2 tenda, packing, lalu pulang melewati hutan rimba yang ‘yahud’ itu. Setelah menunda-nunda cukup lama akhirnya waktu pulang pun tiba. Efek dari berenang yang cukup lama ini mulai terasa. Badan terasa terbakar semua karena kami memang tidak menggunakan sunblock.

Setelah selesai packing, akhirnya jam 12 kami pun bersiap meninggalkan Segara Anakan di pulau Sempu untuk kembali ke kehidupan nyata di Pulau Jawa. Kami harus melewati hutan rimba yang tidak memiliki belas kasihan ini. Ditambah hujan deras semalam, perjalanan ini diyakini akan semakin berat saja. Jalan setapak yang kami lalui dipenuhi lumpur hingga mencapai mata kaki. Kami bahkan sempat melihat ular hijau sesuatu yang sangat ditakuti mr. Y. kami juga sempat melihat sebuah pasangan cowo cewe yang juga sedang mau pulang. Huh bikin iri aja. Hehehe

Satu lagi pengalaman lucu di sini adalah saat melihat tempat yang awalnya saya kira pantai yang ternyata permukaan danau yang cukup dalam. Nga bisa ngebayangin kalo kemarin kami nyemplung di sana. Saya pun menjadi bahan olok-olokan mr. X dan mr.Y. Lagi2 saya menjadi yang terlemah dalam perjalanan ini dan mr. X merupakan yang paling strong. Kami juga membuat perjanjian barang siapa yang terpeleset dan tercebur lumpur maka nantinya akan mempunyai istri yang jelek. Nyatanya kami bertiga pernah terpeleset dan menginjak lumpur. Wah pertanda buruk niy ^_^.

Sungguh lega rasanya ketika akhirnya tiba di pantai untuk menunggu jemputan perahu. Tak berselang lama perahu pun tiba dan kami dapat kembali menuju pantai Segara Anakan dan pulang ke Jakarta. Waktu saat itu sudah menjelang sore hari. Sehingga mau nga mau kami harus menginap dulu karena tidak ada angkot dari Bojonegoro ke Tuban jika sudah malam hari. Masalahnya kami mau menginap di mana?? Nah setau saya ada anak GP `07 yang tinggal di Sidoarjo. Dengan memanfaatkan senioritas kami pun menghubungi dia untuk meminta izin menginap di rumahnya dulu. Sayang seribu saying ternyata dia sudah kembali ke Jakarta. Alternatif lain menginap di rumah anak GP`07 lainnya yang tinggal di Malang. Namun hal ini ditolak mentah2 oleh mr. X karena dia tidak mau menginap di rumah cewe. Alhasil untuk malam ini kami akan tidur di terminal bus saja. Hiks…

Dari Sendang biru kami kembali menuju Turen. Dari Turen dilanjutkan menuju terminal Gadang. Dari sini kami langsung naik kereta ke Surabaya. Sampai stasiun Waru kami langsung ke terminal bus karena menurut orang yang kami jumpai di kereta terminal tersebut selalu ramai sehingga lebih aman bila ingin beristirahat. Untuk masuk terminal kami harus membaya ongkos 200@orang. Sehingga jadilah kami bermalam di penginapan termurah sedunia Cuma habis total Rp. 1.200,- untuk menginap. Karena kami sudah sangat lelah kami langsung membuka lapak tidur kami. Rencananya demi keamanan kami akan bergantian berjaga hingga pagi. Namnu karena sudah terlalu lelah akhirnya kami bertiga langsung tidur dan pasrah saja bila ada barang2 yang mau diambil orang. Untunglah sampai pagi barang kami aman2 saja.

Pagi harinya saya harus berpisah lagi dengan mr. X dan mr.Y. Mereka akan kembali ke Petrochina dulu untuk mengurus urusan administrasi serta mengepak barang2. Sedangkan saya langsung menuju stasiun pasar Turi untuk memesan tiket kepulangan untuk 3 orang. Karena saat itu masi pagi, sedangkan kereta baru berangkat pukul 15.30 sehingga saya harus menunggu cukup lama di stasiun.

Akhirnya kereta pun datang dan waktu kepulangan pun tiba. Di stasiun Bojonegoro kami pun berjumpa lagi. Berita menyenangkan yang kami dapatkana dalah HP mr.X sudah dapat menyala kembali ternyata HP tersebut hanya mengalami mati suri saja. Sungguh leganya. Akhirnya sekitar pukul 8.30 kereta tiba di stasiun jatinega dan saya serta mr. Y berpisah dengan mr. X karena dia akan melanjutkan perjalanan hingga stasiun Senen. At least perjalanan ini pun berakhir sudah dan menjadi kenangan yang tidak akan terlupakan bwat kami bertiga.

Sebenarnya ada satu hal yang kurang dalam perjalanan kali ini. Biasanya setiap perjalanan ke suatu daerah gw bakal mengalami yang namanya cinlok dengan cewe yang berada di daerah tersebut baik itu yang diterima maupun yang bertepuk sebelah tangan. Tapi perjalanan kali ini kayaknya hambar banget. Tidak banyak wanita seumuran yang kami temui. Sehingga naluri playboy untuk sementara harus dibendung.

Thanks to:

1. Tuhan yang Maha Esa

2. Mr. X dan mr.Y

3. Teman kost mr.Y atas infonya mengenai angkot dari Tuban hingga Malang

4. Rombongan dari Pasuruan

08 Januari 2010

Alam dan pecintanya

Pecinta Alam
Penyanyi rita ruby hartlan

Pendaki gunung sahabat alam sejati
Jaketmu penuh lambang
Lambang kegagahan
Memproklamirkan dirimu pencinta alam
Sementara maknanya belum kau miliki

Ketika aku daki dari gunung ke gunung
Disana kutemui kejanggalan makna
Banyak pepohonan merintih kesakitan
Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam

Batu-batu cadas merintih kesakitan
Ditikam belatimu yang tak pernah ayal
Hanya untuk mengumumkan pada khalayak
Bahwa disana ada kibar benderamu

Oh alam... korban keakuan
Oh alam.. korban keangkuhan
Maafkan mereka yang tak mau mengerti
Arti kehidupan...