18 November 2020

curhatan leadership

 

Mimpi tentang leadership

Saya selalu berusaha untuk memberikan contoh yang baik bagi anggota, rekan sejawat, maupun atasan saya. Tanpa berusaha menjadikan diri saya sebagai panutan. Saya selalu berusaha untuk melakukan segala sesuatu denngan ikhlas. Saya berusaha untuk mencapai target yang dibebankan ke tim saya tanpa terlihat terlalu ambisius sekali. Ada satu orang di bawah yang menurut saya cukup kompeten dan juga menunjukkan bakat menjadi leader tapi masih ada 7 orang lagi yang saya berharap juga bisa mengikuti jejak satu orang ini.

Saya ingin mempunyai sebuah kenangan yang saya tinggalkan di tempat ini. Maksudnya ketika suatu hari saya dipindahkan orang masih mengingat saya tentang suatu hal yang baik dan bisa mereka teruskan kembali.

Perjalanan berkarir

Sebelum bekerja di Inalum saya sempat bekerja di Bank Mandiri (ODP) selama 4 tahun. Saya ditempatkan di Jakarta, Medan, terakhir di Pekanbaru di bagian Treasury. Kemudian saya masuk Inalum di 2014 dan bekerja di seksi SRO (smelter reduction operation). Awalnya saya masuk sebagai assistant officer di situ saya masih belajar. Kemudian saya menjadi assistant superintendent dan terakhir saya naik jabatan menjadi superintendent senior/coordinator yang tugasnya membawahi assistant superintendent dan superintendent serta melapor kepada junior manager. Saya membawahi 8 orang staf di mana masing-masing staf juga membawahi 10 orang anggota. Selain pekerjaan rutin saya juga diberi penugasan masuk ke tim kerja dan alhamdulillah hingga sekarang tim kerja yang saya ikuti hampir selalu mencapai target.

Kasus leadership

Ada beberapa kondisi dimana sering terjadi pertentangan antara saya dan junior manager. Dimana kami berbeda pendapat terkait suatu hal. Contohnya ada yang namanya pot high purity metal dimana untuk mendapatkan hal tersebut menurut saya pengotor di pot harus dikurangi. Di satu sisi pengotor tersebut memang harus dihabiskan suatu saat nanti. Saya sebenarnya tidak masalah tapi nanti tiba-tiba beliau bertanya kenapa target pot high purity metalnya tidak tercapai terpaksa perlu saya jelaskan lagi.

Curhatan tentang leadership

Jujur saya masih perlu belajar banyak terkait leadership. Sebab ketika di mandiri dulu selama 4 tahun saya terbiasa bekerja sendiri menaggungjawabi pekerjaan saya sedangkan sekarang di Inalum pekerjaan dilakukan oleh anggota saya. Saya disini lebih bersifat sebagai supervisi. Apalagi teknologi yang dimiliki Inalum masih teknologi lama sehingga kualitas dari suatu pekerjaan masih bergantung dari pekerjaan fisik yang dilakukan seseorang.

Terkadang saya harus konflik langsung dengan atasan saya terkait suatu hal. Namun saya tidak takut melakukan hal tersebut. Serta ada kondisi ketika pekerjaan yang saya lakukan diinterupt oleh atasan biasanya saya langsung loss aja silahkan kerjakan sendiri.

Terkadang pun saya masih merasa khawatir apabila keputusan yang saya ambil salah. Dimana terkadang apabila bawahan menanyakan sesuatu kepada saya agar terlihat berkompeten saya langsung berusaha menjawabnya ternyata ketika setelahnya dipikirkan kemudian sepertinya jawaban yang saya berikan salah sehingga terpaksa saya harus mengoreksinya kembali.

Hal lain adalah sering kali seksi saya membuat kebijaan di seksi sendiri yang mengharuskan seksi lain untuk mengikuti kebijakan tersebut ketika sedang berada di seksi saya. Saya sempat konfrontasi juga dengan pegawai seksi lain terkait hal tersebut tetapi saya bersyukur karena saya masih di back up oleh seksi saya.

Dulu saya di Mandiri sering mentraktir anggota saya apabila kami berhasil mencapai sesuatu sebagai bentuk apresiasi dan membuat hubungan semakin akrab. Tapi di Inalum saya merasa belum bisa melakukan hal yang sama karena menurut saya itu bisa jadi melangkahi atasan saya nanti ketika saya menjadi JM saya mungkin akan melakukan hal tersebut lagi.

Rencana pengembangan diri

Dulu sebelum punya anak saya masih sering beli buku di gramedia (walaupun kebanyakan novel dan buku biografi) kemudian membacanya. Tapi sekarang sudah susah sekali mungkin ketika nanti anak-anak saya sudah besar saya akan kembali mulai membaca buku. Kemudian saya suka berinvestasi dulu saya sempat bermain saham sekarang tidak lagi saya juga mempelajari hal-hal terkait perkebunan, perikanan, hal –hal yang nantinya saya berharap menjadi investasi saya di hari tua nanti. Kemudian saya cenderung kurang prokaktif terkait pekerjaan kantor tapi apabila saya diminta untuk melakukan sesuatu saya akan mempelajarinya sebaik mungkin dan kemudian berusaha memberikan output yang maksimal. Kemudian karena saya menyukai data saya selalu berusaha melakukan analisis terkait suatu hal dan mencari jalan penyebabnya. Saya juga selalu berusaha melakukan improvement sekecil apapun dari analisis yang saya lakukan. Permasalahannya yang juga sering menjadi keluhan atasan saya adalah saya jarang menyampaikan serta mencatat perubahan yang saya lakukan serta tidak menyampaikan apa-apa saja yang saya ubah sehingga dikhawatirkan format asli dari sesuatu bisa hilang. Tapi saya berusaha merubahnya sekarang.

01 September 2020

tugas leadership 1

Saya sempat beberapa kali berganti leader di seksi saya mulai dari yang bertipe tegas dan terbuka, pendiam tapi detail soal data, pendiam dan terkesan tidak disukai bawahan, hingga yang tipenya pemimpin yang baru pindah jadi masih baru belajar banyak tapi cukup terkenal di luar. Dari semuanya saya mengambil pelajaran dari berbagai tipe dan berusaha untuk melakukan yang terbaik.

Leader saya secara langsung juga cukup tegas bahkan cenderung galak, memiliki pengetahuan yang luas (mungkin yang terbaik saat ini di seksi). Saya juga belajar banyak hal dari beliau terkait bagaimana memimpin orang.

Saya mengkoordinir 8 orang staf di mana masing-masing staf memiliki 10 orang anggota jadi secara total ada 90 orang. Setiap tim saya bagi dimana agar kekuatan setiap tim merata seadil yang saya bisa. Pendekatan terhadap setiap staf juga berbeda-beda tergantung skill dan will nya. Sedangkan ke bawahnya lagi untuk 80 orang operator, agar instruksi dapat berjalan saya hanya memegang kepala-kepalanya (terutama yang senior) saja harapannya dengan begitu instrusi ke yang lain bisa jalan.

Sebelum bekerja di Inalum saya bekerja di bank selama 4 tahun, disitu gaya kepemimpinan saya adalah cenderung santai dan ceria. Sebab saat itu anggota saya tidak banyak dan banyak pekerjaan memang langsung ditangani sendiri. Sehingga saya tinggal focus dengan apa yang saya kerjakan sehingga bila ada kesalahan memang mutlak kesalahan saya.

Tapi sekarang di Inalum di mana saya memiliki banyak anggota dimana tugas utamanya adalah supervisi pekerjaan yang dilakukan oleh anggota. Apalagi kualitas pekerjaan yang dilakukan sangat ditentukan oleh kualitas pekerjaan ditambah peralatan yang kondisinya sudah tua maka harus dilakukan control yang sangat ketat.

Dimana control itu juga seharusnya banyak dilakukan oleh 8 orang staf yang seharusnya menjadi tangan kanan saya. Dari pengamatan saya masih saya dapatkan staf yang kurang berani menegur bawahannya. Mungkin masih ada perasaan tidak enakan dan lain sebagainya. Jadi saya memutuskan untuk menggunakan tipe kepemimpinan yang tegas dan agak menjaga jarak secara umum. Hal ini ada dampak positif dan negatifnya.

Dampak positifnya adalah ada rasa takut dari anggota untuk melanggar peraturan sementara untuk dampak negatifnya adalah potline saya (kami ada 3 potline) terkesan paling tidak nyaman. Saya mengakalinya dengan beberapa kali saya memberikan challenge kepada mereka apabila dapat mendapatkan challenge tersebut maka ada reward uang yang saya berikan.

Apabila ada permasalahan saya coba untuk memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Tapi sebenarnya kebanyakan mereka hanya meminta persetujuan jadi apabila ada masalah saya tanyakan terlebih dahulu kira-kira solusi dari mereka apa kemudian saya melakukan justifikasi terkait keputusan yang dibuat.

Dikarenakan saya hanya bekerja dari pagi sampai sore saja tapi pabrik harus beroperasi 24 jam maka metode pengawasan yang juga saya terapkan adalah dengan membuat wa group yang focus untuk membahas safety. Jadi saya usakahan sesering mungkin mengingatkan terkait safety kepada kawan2.

DIbandingkan dua potline yang lain Saya cenderung untuk membebaskan staf saya bekerja. Prinsip saya selama tidak ada accident ataupun sesuatu yang merugikan bagi perusahaan tidak masalah. Saya cenderung pendiam, tidak banyak bicara. Tapi saya menutupinya dengan sering ke lapangan sehingga saya tahu bagaimana mereka melakukan pekerjaan dan permasalahan apa yang mereka hadapi. Saya lebih sering melihat historis data dan dari situ saya membuat sebuah action plan. Saya tidak suka membangga-banggakan performance potline saya tapi apabila ada yang menyindir maka saya yang akan paling pedas untuk membalasnya.

Saya tidak suka ada intervensi terhadap pekerjaan yang saya lakukan. Apalagi yang menurut saya sudah benar saya lakukan. Hal ini beberapa kali terjadi yang dilakukan oleh leader saya. Biasanya apabila hal itu terjadi maka saya akan biarkan saja dia yang mengerjakan tidak saya campuri.

Saya cenderung suka tantangan. Saya tidak resistance bila ada hal-hal baru yang ingin dicoba. Apabila ad ates atau sebagainya biasanya dilakukan di tempat saya. Sebab sering terjadi banyak ketakutan apabila ada material baru yang ingin di tes dikhawatirkan dapat mempengaruhi performance tapi menurut saya apabila performance terganggu maka dari sisi kitalah yang harus beradaptasi dan melihat modifikasi apa yang harus dilakukan agar gangguan itu tidak terlalu parah.

Satu kelemahan saya adalah inisiatif saya untuk mengajukan diri melakukan sesuatu kurang. Saya lebih suka menunggu instruksi dari atasan untuk melakukan sesuatu. Penyebabnya adalah saya tidak ingin terlihat terlalu berambisi dan saya pun melihat harusnya ada pembagian merata terhadap tugas-tugas yang diberikan. Namun apabila ada tugas yang diberikan kepada saya saya akan berusaha melakukannya sebaik mungkin.

Karakter asli:

·         1. Suka tantangan

·         2. Suka kompetisi

·         3. Pendiam

·         4. Bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan

Attitude leadership yang ingin dibangun:

·         1. Menjadi orang yang menyenangkan

Kendala yang ditemui saat menerapkan leadership attitude tersebut:

·         1. Sudah dicap pendiam dan kaku dari bawahan

Langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk membangun attitude tersebut:

·         1. Lebih rajin lagi berlama-lama di stasiun untuk ngobrol dengan anggota

·         2. Berusahan menyelesaikan masalah yang menjadi keluhan anggota

 

25 Februari 2020

Mengurangi Accident dengan Penerapan 5R, Bisakah?

Accident adalah kejadian dimana timbulnya kerugian bagi perusahaan disebabkan pelanggaran instruksi kerja yang mengakibatkan terjadinya kerusakan peralatan atau injury. Setiap seksi di Inalum ditargetkan untuk mencapai zero accident setiap saat. Termasuk di pabrik reduksi. Sayangnya di tahun 2019 angka accident di pabrik reduksi mengalami kenaikan.

Kenaikan ini tidak serta merta disebabkan karena kurangnya kontrol namun karena suatu upaya untuk lebih terbuka terhadap segala hal yang berpotensi merupakan accident untuk disampaikan dengan jujur melalui metode investigasi yang melibatkan SSE. Bahkan untuk hal-hal kecil namun ada potensi pelanggaran WI di situ tetap dilaporkan juga. Harapannya adalah adanya rasa kewaspadaan yang lebih tinggi dari setiap personil bahwa tidak ada lagi upaya menutup-nutupi bila ada kesalahan serta untuk meningkatkan kejujuran dari personil di lapangan.

Dengan masih tingginya frekuensi accident di pabrik reduksi maka sebelum kita bicara muluk-muluk untuk sampai ke zero accident tentu alangkah lebih masuk akal kita melihat potensi untuk mengurangi frekuensi terjadinya accident terlebih dahulu dari tahun sebelumnya yang  mencapai 9 kali. Kenapa kita harus mengurangi bukan melakukan pencegahan terhadap terjadinya accident? Sebab harus kita akui hingga saat ini pekerjaan rumah kita baik sebagai perusahaan maupun seksi terkait sumber daya manusia dan peralatan masih cukup banyak. Target untuk mengurangi jumlah accident dari tahun sebelumnya dibandingkan langsung mencanangkan zero accident terlihat lebih realistis.

Jadi apakah dengan penerapan 5R frekuensi accident ini dapat berkurang. Penulis mengambil contoh beberapa kejadian yang terjadi di beberapa tahun ke belakang ternyata ada beberapa accident yang terjadi berkaitan dengan ketidaksesuaian peletakan alat maupun lingkungan kerja yang tidak rapi. Peletakan alat yang tidak sesuai tempatnya serta kebersihan yang tidak dijaga secara konsisten yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penyebab timbulnya accident.

Salah satu manfaat dari penerapan 5R adalah meningkatkan kenyamanan dari lingkungan kerja. Lingkungan kerja akan selalu terjaga kebersihannya dan menjadi enak dipandang. Hal ini secara tidak langsung bisa berdampak pada kualitas kerja yang dihasilkan. Contohnya pekerjaan anode changing yang membutuhkan tenaga ekstra agar pot tidak noise dan tetap stabil setelah di anode changing. Sehingga voltase dari pot tidak mengalami kenaikan. Dengan pikiran yang lebih positif dari pegawai yang melaksanakan anode changing tentu hal ini lebih mudah tercapai. Hal ini juga membuat pegawai menjadi tidak terburu-buru dalam melakukan pekerjaannya.

Pengertian dari 5R adalah suatu cara untuk mengatur/mengelola tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan. Penerapan 5R bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas di tempat kerja. 5R terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa accident yang terjadi disebabkan tidak teraplikasinya 5R dengan baik. Apabila pada saat itu pegawai misalnya membersihkan kaca yang berdebu ataupun meletakkan peralatan sudah pada tempatnya tentu accident tersebut (pada saat itu) bisa dihindari. Hal terpenting adalah bagaimana ke depannya accident ini menjadi pelajaran yang sangat mahal, disosialisasikan ke semua anggota dan yang terpenting jangan sampai terulang kembali.

Semua konsep yang telah diterapkan terkait 5R harus tetap dijaga. Untuk membantu agar penerapan 5R di pabrik reduksi dapat konsisten dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Kontrol ketat
Tanpa adanya supervisi yang ketat terkait penerapan 5R dilapangan tentu pelaksanaannya tidak akan maksimal. Perlu ada contoh perilaku yang diturunkan dari atas secara berjenjang untuk semua level agar budaya 5R ini bisa mendarah daging. Bila hal ini sudah dilakukan tentu di kemudian hari tanpa diperintah pun perilaku 5R tetap dilakukan karena sudah menjadi suatu kebiasaan. Kondisi saat ini dimana banyak pegawai baru yang masih muda tentu masih diperlukan kontrol yang sangat ketat.
2. Ada modifikasi
Tentunya berbeda antara penerapan 5R untuk pegawai di bagian administrasi dengan pegawai di lapangan. Akan lebih berat untuk menerapkan hal ini ke pegawai di lapangan. Sebab terkadang dalam kondisi yang sudah lelah dan panas ketika bekerja di pabrik reduksi tentu godaan untuk sesegera mungkin kembali ke stasiun jadi tinggi. Padahal kita belum mengembalikan alat ke tempatnya contohnya.
Modifikasi yang dimaksud adalah cara pendekatan yang dilakukan. Penerapan 5R harus difokuskan satu demi satu secara bertahap. Misalnya minggu ini difokuskan tentang bagaimana setiap selesai bekerja harus dipastikan alat-alat dikembalikan ke tempat semula. Itu yang terus dikejar selama seminggu baik itu melalui sosialisasi langsung ataupun dengan pamflet.
Kemudian bila dirasa sudah berjalan cukup efektif bisa berlanjut ke kerapihan tempat kerja seperti stasiun atau ruang parkir kendaraan dan lain sebagainya. Penerapan 5R secara bertahap ini akan lebih efektif dibandingkan bila langsung diarahkan ke semua hal harus menerapkan 5R. Hal ini malah membuat program ini tidak berjalan dengan efektif.
Kemudian perlu diadakan kompetisi dan pemberian reward misalnya terhadap personil yang pot tanggung jawabnya paling bersih. Hal ini akan memacu pegawai untuk meningkatkan standar kebersihannya karena mereka tahu bahwa pot tanggung jawab mereka masing-masing akan dinilai. 
3. Pencatatan setiap abnormality
Abnormality adalah keadaan di mana ada hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan/tatanannya. Abnormality bisa berupa pelanggaran prosedur, kerapihan dan kebersihan ataupun kondisi peralatan yang tidak sebagaimana mestinya. Selama ini telah dilakukan pencatatan abnormality yang ada di lapangan di form abnormality.
Setiap staf harus melaporkan (sudah pasti ada abnormality) setiap shift. Hal ini penting sebab apabila ada sesuatu yang tidak benar dan kita biarkan begitu saja lama-lama pola pikir kita juga akan terbentuk bahwa hal ini adalah hal biasa. Bila keabnormalan ini sudah dianggap biasa tentu akan menjadi suatu yang membahayakan di kemudian harinya.
Sikap acuh tak acuh inilah yang coba dikurangi dengan instruksi mengisi form abnormality ini. Data ini kemudian akan direkap dan diparetokan kira-kira apa masalah terbesar yang ada di lapangan. Apabila masalah utama bisa diselesaikan kita bisa fokus ke hal-hal lain lagi dan begitu seterusnya

Inalum pernah dipegang Jepang. Pada masa itu Inalum terkenal akan disiplin atas berbagai hal termasuk dalam hal kerapihan dalam bekerja. Tidak ada salahnya kita kembali belajar dari masa lalu. Membangun budaya 5R memang tidak semudah yang dibayangkan, oleh karena itu peranan level Top manajemen sangat penting untuk memberikan contoh dan menjadi panutan dalam membangun budaya 5R di perusahaan.

Perlu kita sadari bahwa dengan digalakkannya kembali budaya 5R tidak serta merta zero accident dapat tercapai. Akan tetapi penerapan budaya 5R merupakan awal dari hal-hal besar lain yang bisa dicapai. Salah satunya adalah mengurangi frekuensi accident yang disebabkan kondisi yang kurang rapi atau tidak bersih.

Stasiunku Istanaku


Mungkin kita pernah mendengar sebuah pepatah lama yang mengatakan bahwa rumahku adalah istanaku. Hal ini ada benarnya terutama jika di dalam sebuah rumah tersebut tinggal sebuah keluarga berisikan orang-orang yang saling mengasihi dan menjaga satu sama lain. Setiap orang selalu ingin membuat rumahnya seindah dan senyaman mungkin bahkan dengan biaya yang tidak sedikit karena mereka menganggap rumahnya adalah istananya. Bahkan ada kalanya kita bisa terusik bila ada orang yang berbuat ricuh, onar atau bahkan mengotori rumah kita.

Setiap stasiun yang ada di pabrik reduksi juga bisa kita ibaratkan sebagai sebuah rumah. Pegawai yang bekerja di pot operasi bisa menghabiskan waktu yang cukup lama di sana. Stasiun digunakan sebagai tempat untuk meeting, mengatur pekerjaan, beristirahat, berseloroh, maupun untuk bertukar pikiran Untuk pegawai dayshift setiap hari kerja pasti akan mengunjungi stasiun. Sedangkan untuk pegawai shift di tiap tim tentu akan lebih lama lagi menggunakan stasiun. Terkadang di pagi hari, sore hari, atau bahkan malam hari tergantung shiftnya bekerja. Apalagi untuk pegawai senior yang waktu kerjanya sekitar 10-20 tahun tentu lebih memiliki ikatan yang kuat dengan stasiun tempatnya bekerja masing-masing.

Sebuah stasiun bisa berubah menjadi tempat yang sangat menyenangkan ataupun malah menjadi tempat yang tidak disukai bagi penghuninya tergantung oleh suasana yang ada di dalam stasiun tersebut. Selain karena pengaruh individu penghuni stasiun, juga berhubungan dengan pencahayaan, dekorasi, ataupun barang-barang yang membuat kita nyaman di stasiun seperti halnya kita nyaman di rumah kita sendiri. Stasiun yang rapi dan bersih membuat pikiran kita menjadi tenang terutama sehabis dari lapangan di pabrik reduksi yang kondisinya memang cukup panas.

Namun apabila kondisi stasiun tidak rapi mulai dari pakaian yang diletakkan sembarangan di kursi, lantai yang kotor, dapur yang bau, serta dekorasi yang tidak sedap dipandang tentu malah membuat kita akan semakin suntuk. Justru akan timbul ketidaknyamanan yang dirasakan sehingga waktu istirahat yang ada menjadi tidak maksimal dan berujung pada hilangnya konsentrasi saat bekerja. Bila hal ini terjadi kemungkinan terjadinya accident pun cukup besar.

Di pot operasi sudah mulai digalakkan kegiatan merapikan stasiun. Kegiatan ini berupa mendekorasi ruangan yang ada di stasiun mulai dari ruang stasiun, ruang rokok, ruang loker, dan beberapa stasiun juga mendekorasi musholla. Ternyata antusiasme dari para pegawai cukup besar terkait hal itu. Bakat-bakat beberapa pegawai yang suka desain pun tersalurkan. Semua stasiun mendekorasi secara kreatif dan imajinatif seakan membuat istana mereka masing-masing walaupun harus menggunakan dana patungan masing-masing personil di tiap stasiun. Namun mereka melakukannya secara sukarela dan penuh semangat. Hal ini sesuai dengan tema acara perlombaan yaitu dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Hasilnya semua stasiun pun terlihat sangat indah dan berwarna warni.

Ruang stasiun yang telah didekorasi membuat stasiun menjadi tempat yang enak untuk dipandang. Suasana meeting di ruangan menjadi lebih semarak. Pembagian kerja pun bisa menjadi lebih terarah. Di ‘istana’ yang baru ini, diskusi yang mengalir diharapkan bisa tercipta dan ide-ide inovasi baru pun bisa dikumpulkan. Sehingga kualitas kerja yang dihasilkan nantinya bisa lebih maksimal.
Untuk pekerjaan di pot operasi kualitas kerja yang optimal sangat diperlukan. Kondisi peralatan yang ada saat ini dimana untuk pekerjaan anode changing contohnya masih mengandalkan tenaga manusia tentu kualitas pekerjaannya bergantung pada pegawai yang menjadi crane man dan helper saat anode changing. Bagaimana pengeluaran keraknya, setting anodanya, perapihan setelah selesai anode changing masih memerlukan tenaga dan kejelian yang ekstra. Pikiran yang positif dari pegawai terutama yang melakukan pekerjaan anode changing tentu dapat memberikan dampat yang positif terhadap hasil kerja yang dihasilkan.

Begitupun dengan kegiatan mempercantik ruang rokok. Perlu kita sadari saat ini hampir separuh dari pegawai masih merokok. Ruang rokok yang juga dipercantik turut membantu untuk menyegarkan kembali pikiran pegawai yang baru kembali dari lapangan. Ditambah saat ini diperbolehkan menyalakan musik dari radio di ruang rokok tentu dapat menjaga motivasi pegawai dalam bekerja. Bila pegawai sudah merasa nyaman bekerja tentu enggagement pun dapat meningkat. Meskipun juga tidak dibenarkan apabila berlama-lama menghabiskan waktu di ruang rokok.

Beberapa stasiun turut mengecat ulang ruang musholla dan ruang loker berdasarkan selera masing-masing. Karpet di ruang mushola juga diganti dengan yang baru. Tujuannya adalah agar dapat lebih khusuk lagi dalam beribadah sehingga terdapat keseimbangan antara dunia dan akhirat. Ruang loker yang telah dicat ulang juga membuat pegawai merasa senang dengan suasana baru yang mereka buat.
Selanjutnya adalah bagaimana menjaga apa yang sudah dibuat. Tentu hal ini menjadi lebih sulit untuk dilakukan sebab perlu konsistensi yang tinggi dari semua personil di tiap tim yang ada di stasiun. Sebab apabila ada satu oknum saja yang berbuat tidak baik dapat mengganggu apa yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Beberapa contoh perilaku menyimpang yang masih ditemukan adalah:

  • Ruang stasiun yang sudah cantik, tapi peletakan buku ataupun koran masih sembarangan. 
  • Kemudian peletakan baju dari lapangan yang ditaruh begitu saja di kursi tidak langsung dijemur. 
  • Di ruang rokok sampah cemilan tidak dibuang ke tempat sampah ataupun rokok bekas yang dilemparkan melalui jendela sehingga terkumpul di teras stasiun. 
  • Ruang loker yang sudah diperindah tapi peletakan sepatu masih tidak rapi/tidak diletakkan di rak sepatu. Tentu akan merusak pandangan bagi siapa saja yang melihatnya.

Setiap stasiun digunakan oleh 4 tim yang bekerja dimana masing-masing tim terdiri dai 10 orang. Sehingga total keempat puluh orang inilah yang secara bergantian menggunakan ruang ‘istana’ ini. Tugas para pimpinanlah untuk mengontrol dan mengawasi agar tidak ada perilaku yang menyimpang dari setiap personil di stasiun tersebut. Hal ini sebenarnya tidaklah sulit karena para pegawai ini hanya perlu diingatkan saja sebab dekorasi yang ada sebenarnya buatan mereka sendiri yang tentu sangat disayangkan bila rusak akibat perbuatan sendiri. Jangan sampai malah terjadi pembiaran terhadap kegiatan menyimpang ini karena apabila satu perilaku menyimpang sudah dibiarkan sangat mungkin kawan yang lain akan ikut melakukan penyimpangan yang sama. Sehingga tujuan awal yang sudah disepakati bersama menjadi tidak tercapai.

Bila stasiun sudah bersih dan rapi tentu pegawai akan merasa nyaman dalam bekerja. Tidak ada di dalam pikirannya untuk ingin cepat-cepat pulang karena dia sudah merasa nyaman di ‘istananya’. Bahkan pada tahapan yang lebih tinggi ada rasa memiliki dengan ikut menjaga kebersihan dan kerapihan stasiun dari setiap personil yang ada di stasiun. Apabila ada pegawai lain yang tidak rapi dia tidak segan-segan untuk menegur tanpa harus stafnya yang menegur. Sehingga impian untuk terbentuknya mindset ‘stasiunku istanaku’ bisa tercapai.