30 Desember 2007

manusia dan alam

Di beberapa media mungkin pernah kita dengar berita seorang pendaki gunung A berhasil menaklukkan gunung B, ataupun seorang pemanjat B telah berhasil menaklukkan tebing D. Ada hal yang menggelitik hati penulis, apakah sehebat itukah manusia sehingga dapat menaklukkan alam ciptaan-Nya. Ataukah ini hanya sebuah manifestasi kesombongan manusia untuk menutupi betapa lemahnya ia dihadapan Allah SWT.

Coba kita bayangkan sejenak, apabila pendaki di atas bertemu hewan buas dalam perjalanannya, ataupun pemanjat yang ketika memanjat tiba-tiba ada batu besar jatuh dari atas. Apakah masih layak kalau disebut manusia dapat menandingi alam ini. Hal yang dapat dilakukan manusia hanyalah “memanfaatkan” segala sesuatu yang ada di alam untuk memenuhi kebutuhannya.

Penulis teringat dengan kata-kata bijak dari mahatma Gandhi sebagai berikut “Alam selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia, tapi alam tidak pernah cukup untuk memenuhi keserakahan satu orang manusia”.

Kenyataan yang ada sekarang adalah eksploitasi terhadap alam ini dilakukan oleh suatu pengaruh yang dinamakan globalisasi dimana pemilik modal dapat melakukan apa saja tanpa perlu memikirkan resiko tindakannya.

Tapi tak hanya itu sebenarnya. Kini banyak orang tahu, ketimpangan seperti itu hanya satu fakta yang gawat dan menyakitkan. Ada fakta lain: kelak ada sesuatu yang justru tak timpang, sesuatu yang sama: sakit dan kematian.

Konsumsi energi berbeda jauh antara di kalangan yang kaya dan kalangan miskin, tapi bumi yang dikuras adalah bumi yang satu, dan ozon yang rusak karena polusi ada di atas bumi yang satu, dengan akibat yang juga mengenai tubuh siapa saja termasuk mereka yang tak pernah minum kopi dalam mall, di sudut miskin di Flores atau Bangladesh, orang-orang yang justru tak ikut mengotori cuaca dan mengubah iklim dunia.

Dengan kata lain, tak ada pemerataan kenikmatan dan keserakahan, tapi ada pemerataan dalam hal penyakit kanker kulit yang akan menyerang dan air laut yang menelan pulau ketika bumi memanas dan kutub mencair. Orang India , yang rata-rata hanya mengkonsumsi energi 0,5 kW, akan mengalami bencana yang sama dengan orang Amerika, yang rata-rata menghabisi 11,4 kW.

Apakah keadaan ini masih dapat diubah?? Terlalu sulit.. terlalu sulit..

Mungkin memang terlalu sulit untuk menyelamatkan alam. Dalam catatan tahun 2002, emisi karbon dioksida dari seluruh Amerika Serikat mencapai 24% lebih dari seluruh emisi di dunia, sedangkan dari Vanuatu hanya 0,1%, tapi naiknya permukaan laut di masa depan akibat cairnya es di kutub utara mungkin akan menenggelamkan negeri di Lautan Teduh itu dan tak menenggelamkan Amerika.

Tapi akankah kita mau hidup di daerah di mana tak ada mall, tak ada barang-barang bagus namun menghasilkan limbah, tanpa segala sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan hidup namun mencemari alam, dan hidup hampir seperti seorang rahib ?

Terlalu sulit.. terlalu sulit..

25 Desember 2007

Cerita perjalanan

"It's easier to go down a hill than up it but the view is much better at the top." (Henry Ward Beecher)

LK.. Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar nama tersebut. Nama kost2-an di kutek?? Bukan,, tetapi LK adalah nama tebing yang tim Rock Climbing (selanjutnya kita sebut saja RC) KAPA FTUI coba tapaki. Terletak di selatan Malang tepatnya di desa dempok, gampingan, pagak., Tebing ini memiliki ketinggian sekitar 48 meter (di literature disebut tingginya 60 meter).

Banyak jalur yang terdapat di Tebing ini, namanya pun unik-unik seperti jalur doraemon, no mercy, happy birthday, no woman, no cry, gong setan (1 dan 2) dan masih banyak lagi lainnya yang kalau ditotal sekitar 25-an jalur. Karena berbagai keterbatasan, Kami hanya mengambil satu jalur yang langsung menuju puncak tebing yang bernama jalur long way.

Oh ya.. LK sendiri ada kepanjangannya tuh yaitu Lembah Kera. Kalau menurut cerita pemegang kuncinya tebing itu dinamakan begitu karena dulunya di daerah

tersebut banyak terdapat kera. Sekarang tebing ini banyak digunakan dalam pemanjatan dengan banyaknya jalur yang ada.

Tim RC yang berangkat kali ini ada 3 orang yaitu bang Sutar, Bang Doni dan saya sendiri Fathur. Sebenarnya anggota tim RC tidak hanya 3 orang saja. Namun karena satu dua hal tim yang ada pun harus dimaksimalkan. Ketua rombongan Divisi RC adalah Doni, dengan saya sebagai Pj peralatan, dan Sutar sebagai Bendahara.

Sebagai satu-satunya kura-kura muda, awalnya saya jiper juga harus berpartner dengan abang-abang pemanjat yang sudah berpengalaman ini, namun yang pasti saya mendapat banyak pelajaran berharga dalam perjalanan kali ini. Apalagi dalam 2 perjalanan sebelumnya kura-kura muda RC terdiri dari 3 orang yang biasa dijuluki the three musketeer (Fathur,Pringga, George) ^_^.

MP bersama ini berlangsung selama 8 hari namun untuk pemanjatannya sendiri hanya memakan waktu 3 hari.

Hari pertama

Akibat ngaret beberapa jam, pelepasan rombongan baru dilakukan pada pukul 2 sore. Tim besar (terdiri dari semua divisi) langsung menggang menuju stasiun Senen dan kemudian langsung lepas landas menuju Malang. Tim utama ini terdiri dari kepala operasional yaitu cheri, tim caving (Dwi, Zaki, Moro, Rangi), Gunung hutan (Rickson, Fiki), ORAD (SUnu, Muharrir, dan bima), serta tim GP eh sori maksudnya tim RC ^_^ (Sutar, Doni, dan fathur). Hari pertama lebih banyak dihabiskan diperjalanan karena perjalanan ke Malang sendiri menghabiskan waktu hampir 13 jam.

Hari Kedua

Kami tiba di malang sekitar pukul 11. Kami langsung menuju ke secretariat Impala Unibraw (digunakan sebagai base camp utama) yang terletak di jantung kota Malang. Hari pertama setibanya di sini lebih banyak diisi ramah tamah dengan anak Impala. Dan mencoba menghilangkan “trainlag” selama perjalanan.

Sore harinya diisi dengan sedikit berkeliling kampus unibraw dan dilanjutkan sedikit cuci mata ke matos (malang town square). Saya sendiri memilih untuk menetap di basecamp karena sedang “tidak enak badan” (alasan aslinya bisa ditanyakan langsung) ^_^.

Setelah makan malam dilakukan rapat evaluasi dan perencanaan tiap-tiap divisi. Doni yang bertindak sebagai ketua rombongan divisi RC memaparkan rencana kami selama 3 hari kedepan yang akan dimulai besok.

Hari ketiga

Saatnya berpetualang!!! Pada hari ini beberapa divisi mulai melakukan kegiatannya. Tim RC sendiri berangkat bersama divisi caving setelah sebelumnya tim GH berangkat saat shubuh. Sedangkan para oraders akan menyusul berangkat keesokan harinya. Perjalanan ke Lembah Kera kami lakukan menggunakan kendaraan umum dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Sebagai pemandu jalan kami minta bantuan dari anak Impala yang dengan sangat simpatik membantu kami. Sebelum menuju ke tebing terlebih dahulu kami menemui juru kuncinya yaitu Pak Martono dan Bu Rukmini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke tebing yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari pinggir jalan. Tebing lembah kera selain menjulang ke atas, juga melebar ke samping sehingga banyak spot-spot yang dapat digunakan untuk memanjat.

Dari siang hingga sore kami memanfaatkan waktu untuk beristirahat sekalian melihat-lihat jalur yang kami akan pakai. Suara Burhan (burung hantu) kemudian membangunkan kami dan menandakan malam hamper tiba sehingga kami harus segera membuat makan malam.

Malam pertama kami di LK diisi dengan rapat evaluasi dan selama sehari dan perencanaan untuk keeseokan harinya. Setelah berbagai pertimbangan kami memutuskan untuk menggunakan 2 pitch dengan target sampai di puncak. Dari bawah sampai pitch pertama yang ngelead adalah doni, dari pitch 1 hingga pitch 2 yang ngelead adalah Fathur, dan dari pitch ketiga hingga ke top kembali Doni. Sedangkan bang Sutar bertugas sebagai tim darat, pengatur snacking, resque, time keeper, dan dokumentasi. Dalam pemanjatan ini kami menggunakan strategi alpin tactic.

Hari keempat

Hari pemanjatan telah tiba. Setelah makan pagi yang dilanjutkan dengan checklist alat, kami pun bersiap-siap untuk memulai pemanjatan. Seperti biasa sebelum memanjat kami melakukan pemanasan terlebih dahulu kemudian berdoa, dan tak lupa yel KAPA. Sekitar jam 10 kami memulai pemanjatan. Walaupun awalnya sedikit mengalami kesulitan, namun Doni dapat dengan sigap melewatinya dan dalam sejam saja sudah sampai di pitch 1. Kemudian saya melakukan pemanjatan sekaligus ngeclean jalur yang dipakai. Baru 2 meter saya memanjat saya langsung mengalami scrambling. Padahal sebelumnya ketika masih di bawah saya sempat melakukan orientasi jalur. Namun setelah dicoba ternyata tidak semudah kelihatannya. Sekitar setengah jam kemudian baru saya dapat melewatinya dan kemudian menuju pitch 1 tidak lama kemudian. Dari pitch 1 ke tanah memiliki ketinggian 20 meter. Di sinilah perasaan gamang akan ketinggian saya muncul. Walaupun sudah dipastikan safety karena sudah memasang pengaman, badan saya masih terus gemetar. Apalagi memikirkan saya yang akan mendapatkan kesempatan untuk ngelead kemudian. Kemudian kami melanjutkan dengan saya sebagai leader menuju pitch 2 yang berjarak 20 meter dari pitch 1.

Lagi-lagi baru 2 meter saya memanjat saya kembali mengalami scrambling. Kali ini scrambling berlangsung hampir 2 jam. Untuk kali ini saya memutuskan menyerah dan tugas ngelead diberikan kepada Doni. Doni mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan sampai di pitch 2. Karena hari sudah semakin sore dan burung hantu mulai keluar dari sarangnya, maka pemanjatan diputuskan berhenti sampai di sini dan akan dilanjutkan besok.

Ketika sampai di bawah tim dokumentasi menyampaikan berita kurang sedap bahwa kamera yang tim miliki memiliki kendala sehingga hanya bisa digunakan untuk membuat video.

Hari keempat ini cukup melelahkan, namun dengan istirahat yang cukup kami optimis dapat sampai di top besok. Malam ini kembali ditutup dengan evaluasi dan perencanaan.

Pembicaraan pada malam itu tidak melulu diisi dengan seputar pemanjatan, namun juga ada pembicaraan tentang pribadi masing-masing. Kalau di teknik ada fortek (forum teknik) maka di KAPA juga ada fortek (forum tenda KAPA) ^_^.

Hari kelima

Pada hari kedua pemanjatan ini, kami akan meneruskan jalur yang telah dibuat sebelumnya untuk langsung mencapai top. Rencana untuk hari ini berubah, saya yang akan ngelead dari pitch 2 hingga puncak. Hari ini bang Sutar juga akan ikut memanjat. Doni memulai terlebih dahulu dengan melakukan jummaring hingga pitch 2 dilanjutkan oleh bang Sutar yang dipitch 1 nantinya akan ngelead ulang sambil menuju pitch 2. Sesampainya saya di pitch 1, saya kemudian membellay bang Sutar mulai ngelead hingga pitch 2 dengan Doni sebagai Bellayer. Setelah itu saya melanjutkan memanjat hingga pitch 2 sekaligus ngeclean. Akibat gamang yang saya alami, saya mendapat kesulitan untuk memanjat. Dengan dorongan “semangat” dari bang Sutar dan juga Doni saya dapat sampai di pitch 2 yang jaraknya hanya tinggal 8 meter dari top. Setelah sampai di pitch 2 kini tibalah giliran saya untuk memanjat hingga puncak. Secara umum proses ini tidak terlalu berkendala kecuali ketika ada sebuah kejadian yang mengagetkan dimana ketika sudah setengan jalan menuju puncak dari pitch 2 dan melewati sebuah gua tiba-tiba ada burung hantu yang tiba-tiba berlari kearah muka saya yang membuat saya sangat terkejut dan hamper jatuh. Selebihnya pemanjatan berlangsung lancar. Saya sampai di top bertepatan dengan adzan sholat Jumat. Kebetulan hari ini juga bertepatan dengan tanggal 17 Agustus. Sehingga kami pun merayakan 17 Agustusan di puncak lembah kera.

Kami tidak lama berada di puncak. Agar lebih rileks beristirahat, kami memutuskan untuk turun terlebih dahulu dan baru akan ngeclean jalur keesokan harinya. Setelah beres-beres alat memanjat, kemudian kami beristirahat sambil menyiapkan makan malam. Sebelum tidur kembali dilakukan evaluasi dan perencanaan dan ditutup dengan agenda lain-lain. Kemudian bang Sutar mulai mendongeng tentang perjalanan MPnya tahun lalu. krik..krik..

Hari keenam

Rencana kami di hari keenam ini adalah meng-clean perlengkapan memanjat yang masih ditebing serta mencari barang-barang yang hilang. Barang-barang yang ternyata jumlahnya berkurang adalah carabiner dan padding. Saya sendiri bertugan suntuk mengeclean pitch 1 dan turun dengan triple roop technique sedangkan bang Sutar akan melakukan free climbing hingga top. Doni sendiri akan ngeclean pitch 2 dan pitch di top juga terun menggunakan triple rope technique. Saya juga akan melakukan mapping selama bang Sutar memanjat.

Doni sendiri sampai di top terlebih dahulu untuk ngebellay bang Sutar. Saya sendiri hanya akan naik hingga pitch 1. Namun di tengah pemanjatan tiba-tiba ada perubahan rencana sehingga Kami hanya akan turun dengan one rope technique dan bang Sutar akan ngeclean dan turun lewat jalur belakang. Halini dilakukan karena waktu yang sudah mepet sehingga mungkin apabila tetap dilakukan rencana awal kami baru akan pulang nanti malam. Alat-alat yang hilang ternyata tetap tidak dapat ditemukan.

Setelah beres-beres dan packing kami ke rumah pak Mortono untuk pamit sekaligus memberikan sedikit ala kadarnya. Kami juga bersih-bersih sebelum kembali ke sekretariat Impala.

Kami sampai di Unibraw sekitar pukul 7 dan telah disambut oleh tim caving, Oraders yang telah datang dari kemarin, serta ada tambahan fauzan yang datang sehari setelah keberangkatan kami. Malam itu kami saling berbagi pengalaman perjalanan kami masing-masing.

Hari ketujuh

Rencana tim hari ini adalah berkeliling kota Malang mengunjungi obyek wisatanya. Pastinya kami juga ingin mengunjungi daerah Batu yang dijuluki sebagai “puncak”nya Malang. Kami menuju ke pemandian air panas di Batu. Seharian penuh kami di sana dan kemudian ditutup dengan membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Hari kedelapan

Detik-detik terakhir sebelum kami meninggalkan kota Malang. Ingin rasanya tinggal lebih lama disana. Sekarang anggota tim sudah lengkap karena tim GH telah pulang kemarin malam. Banyak sekali yang kami terutama saya sendiri dapatkan. Mungkin baru 2 tahun lagi kami akan kembali untuk melunasi hutang jalur yang belum kami tuntaskan. Kami sangat berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan Impala Unibraw yang telah banyak kami repotkan.

Kami meninggalkan Malang tepat pukul 2 dan rencananyqa akan tiba pukul 10 pagi di Jakarta.

Hari kesembilan

Welcome to Depok!! Akhirnya kami tiba di kampus tercinta ini. Dengan membawa pengalaman berharga selama seminggu perjalanan. Berbekal MP kami siap kembali mengarungi sibuknya perkuliahan di teknik.

Kalau misalnya saya ditanya apa enaknya memanjat tebing, Jujur saya akan bilang bahwa naik tebing itu tidak enak, capek, cari penyakit. Namun ketika perjalanan yang kita lalui itu telah selesai, rasa capek yang menggelayut telah hilang, dan kita mencoba mengingat kembali apa yang telah kita lakukan, pengalaman yang kita dapat akan membuat kita ingin dan ingin lagi memanjat.

Terakhir, sehari sebelum perjalanan MP Bersama ini adalah hari ulang tahun saya. Walaupun anak KAPAnya sendiri tidak ada yang ingat (hiks..), namun saya menganggap perjalanan MP ini merupakan the unforgettable birthday present yang saya dapatkan. Btw sori ya cheer (Kaops), gw nga datang pas malam karantina soalnya lagi ada makan2 di rumah gw ^_^.

KAPA!!!

Fathur (NR1037)