29 Mei 2008

Gunung Perbakti

Gunung Perbakti

3 Hari Bersama Anak Metal

Gunung perbakti merupakan gunung yang terletak di gugusan gunung Salak. Gunung ini tidak terlalu tinggi yaitu hanya sekitar 1700-an meter dpl. Gunung ini dikelilingi puncak gunung-gunung lain seperti gunung Endut dan gunung Salak. Gunung Perbakti dapat dicapai lewat 2 jalur jaitu dari Parakan Salak dan dari Cidahu. Tim perjalanan kali ini terdiri dari saya dan 3 orang rekan saya yaitu Jeni (K-273-08), Icon (K-271-08) dan Fiki (K-272-08) yang ketiganya berasal dari jurusan metalurgi. Perjalanan ini sebenarnya merupakan suatu proses pelantikan namun suasananya cukup santai.

Hari pertama

Di keberangkatan kami ternyata dipisah. di mana saya dan Icon berangkat dari stasiun Pocin sedangkan dua yang lain berangkat dari stasiun UI. Kami ditunggu di stasiun Parakan Salak pada pukul 11. Dari stasiun Pocin saya dan icon baru naik kereta pada pukul 6.48 dan tiba sekitar pukul 7.30 di stasiun Bogor. Dari stasiun Bogor kami sarapan terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan menuju terminal parung kuda dan tiba pukul 10.30. Di sana ternyata telah ada rekan kami yang lain yaitu si jengkol dan fiki. Lega juga rasanya tim sudah lengkap lagi. Setelah beristirahat sekitar sejam, mentor desmon datang dan mengajak kami melalukan perjalanan panjang.

Perjalanan yang dimulai di stasiun parakan salak mengikuti jalur jalan raya kemudian membelok memasuki tempat wisata. Di sini kemudian kami berjalan menyusuri kebun teh yang terus menanjak. Walaupun hanya berjalan santai, namun karena berupa tanjakan membuat kami menjadi cepat lelah. Setelah beberapa kali istirahat akhirnya kami tiba di persimpangan menuju perbakti sekitar pukul 2 siang. Disini mentor desmon memeriksa kemampuan navigasi darat dan orientasi medan kami. Kali ini nuansa pelantikan mulai terasa. Makanan yang kami bawa di periksa dan ternyata diperkirakan tidak cukup untuk seminggu. Kemudian kami diminta untuk mengeluarkan makanan yang kami punya dan membaginya secara sama rata. Saya pribadimerasa sangat beruntung karena sejujurnya saya hanya membawa mie sebanyak 10, roti cokelat chips (makanan favorit pastinya), dan minuman.

Instruksi dari mentor desmon adalah kami dusuruh untuk mencapai puncak perbakti sebelum jam 11 keesokan harinya. Kami hanya perlu mengikuti stream line berbentuk tali sepatu. Satu kesalahan yang sangat fatal di sini adalah mentor desmon lupa memberitahu bahwa kami cukup memutari punggungan terus ke atas. Kesalahan yang nantinya akan menjadi suatu yang cukup fatal. Sampai titik ini kemudian kami dilepas dan mulai berangkat.

Baiklah saya akan memperkenalkan dulu rekan2 perjalanan saya

Jennifer: Satu-satunya cewe di dalam tim, pintar, sedikit bawel, dapat meramaikan suasana, dan cukup kuat untuk ukuran cewe

Fiki: Salah satu cowo metal di dalam tim, jago bikin bivak, kemampuan navigasi cukup baik, kuat, dan yang terpenting jago masak.

Rickson hamonangan: anak metal juga, biasanya dipanggil icon atau con dongs, di balik sifatnya yang santai memiliki sifat kepemimpinan yang cukup baik, kuat.

Ok sekarang kami tinggal berempat tanpa mentor. Tau sendirikan apa yang bakal terjadi ^_^. Begitu tahu kalau kami diberi waktu sampai besok maka kami tidak terlalu memforsir tenaga kami, bahkan terkesan sangat santai… belum jauh kami berjalan kami sudah memutuskan untuk makan. Gunung perbakti jarang didaki orang sehingga tumbuhan tumbuh tinggi-tinggi dan sulit untuk menemukan tanah lapang. Begitu menemukan tanah lapang kami langsung bersiap2 siap makan. Jenni menyebut perjalanan ini sebagai perjalanan hore2. Sampai2 untuk makan saja kami butuh waktu hampir 1,5 jam. Bahkan awalnya kami berencana untuk NGECAMP di situ saja!!!

Akhirnya dengan ‘berat hati’, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya memutuskan bahwa mulai pukul 7 harus mulai mencari tempat untuk camp. Perjalanan berlangsung cukup mudah karena kami hanya cukup mengikuti stream line. Namun mendekati sore kami mendapat ‘masalah pertama’ yaitu menemukan percabangan yang tidak ada stream line nya. Kami memutuskan untuk mengikuti jalur yang termudah namun setelah beberapa saat ternyata jalannya terus menurun sampai akhirnya kami menemukan sungai. Hal ini cukup aneh karena dari instruksi mentor seharusnya tidak ada sumber air lagi hingga ke puncak. Namun karena sepertinya Cuma ada 1 jalur maka kami mencoba untuk meneruskan. Namun kondisi jalan yang ternyata cukup berat membuat kami berpikir kembali dan akhirnya kami memutuskan untuk kembali saja.

Kami kembali dan mencari tanah lapang dulu untuk kemudian memutuskan langkah selanjutnya. Sambil memulihkan keadaan kami ternyata telah didatangi ‘teman2’ yang secara diam2 mulai menghisap darah kami. Ya apalagi kalau bukan pacet. Ketika melewati sungai ternyata pacet2 ini hinggap di kaki kami yang tidak terbungkus. Sepanjang perjalanan ini kami juga banyak menemukan kotoran babi sehingga kami mengasumsikan di sekitar kawasan gunung ini juga masih terdapat kawanan babi berkeliaran.

Sambil beristirahat kami juga mencoba mencari-cari jalur yang mungkin ada streamline-nya dan ternyata kami telah melewatkan satu streamline. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore sehingga waktu kami untuk mendaki tidak banyak lagi karena harus segera mendirikan bivak. BIVAK?? Ya bivak kami tidur di dalam bivak karena suasananya memang masih dalam suasana pelantikan. Tak lama kami berjalan kami menemukan banyak stream line di percabangan sehingga cukup memudahkan kami. Karena jalan ke puncak ini cukup mengikuti streamline yang ada maka kami memutuskan untuk beristirahat lebih cepat. Hal ini juga dikarenakan apabila matahari sudah terbenam akan sulit bagi kami untuk melihat stream line dan dapat berakibat fatal.

Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di suatu tanah lapang yang secara tidak sengaja ditemukan Fiki dan mendirikan bivak di sana. Pembagian tugasnya adalah Icon dan Fiki membuat bivak, jeni menyiapkan tali, dan saya sendiri membuat pasak. Pembuatan bivak ini berlangsung sekitar sejam –cukup lama karena hari yang mulai gelap-. Bentuk bivaknya pun merupakan suatu modifikasi yang cukup unik dimana digunakan konsep memanfaatkan lahan seluas mungkin dengan satu sisi bivak terbuka (ide fiki loo).

Selesai mendirikan bivak berarti sekarang waktunya untuk makan malam. Untuk urusan makan sendiri kami tidak perlu khawatir karena menu yang kami bawa cukup bervariasi walaupun minimalis. Perjalanan yang kami tempuh mungkin belum setengah dari total perjalanan ke puncak namun kami optimis bila kami berangkat besok pagi masih sempat sampai puncak sebelum jam 11 siang. Walaupun berasal dari jurusan yang berbeda namun tidak terdapat permasalahan komunikasi di antara kami berempat. Walaupun sebenarnya lebih asyik bila yang ikut lebih banyak lagi, perjalanan kali ini tetap akan menjadi sesuatu yang berkesan.

Hari kedua

Dari rencana awal bangun pukul setengah 6 ternyata kami baru bangun pukul 6 untuk selanjutnya bersiap-siap sarapan. Kondisi udara yang sangat dingin serta kondisi fisik yang tidak sefit kemarin membuat kami malas untuk bangun. Namun kami harus sesegera mungkin melanjutkan perjalanan karena mentor sudah menunggu di atas. Setelah selesai packing, perjalanan baru dilanjutkan sekitar pukul setengah 9.

Jalur yang jelas serta tinggal mengikuti stream line membuat perjalanan ini terasa mudah. Biota tumbuhan di sepanjang jalur adalah tanaman pakis-pakisan, tumbuhan berduri, dan beberapa kali kami temukan pohon-pohon besar. Pepohonan yang ada cukup lebat serta perdu. Kondisi jalannya menanjak dengan sesekali turunan dan jurang kecil sehingga kami harus berhati-hati.

Sampai akhirnya tibalah kami di suatu tempat di mana stream line tiba-tiba terputus. Dari stream line terakhir ada beberapa cabang yang dapat dipakai. Kondisi di tengah hutan juga menyulitkan kami untuk melakukan navigasi darat. Kesalahan terbesar kami adalah kami menganggap bahwa puncak perbakti ada di puncakan di depan kami. Padahal sebenarnya kami sedang berada di PUNGGUNGAN PERBAKTI. Sehingga kami menganggap harus turun lembah terlebih dahulu untuk mencapai perbakti.

Dari beberapa jalur yang ada, jalur yang terlihat jelas adalah jalur turun ke bawah yang curam dan dipenuhi tumbuhan berduri. Akhirnya setelah menimbang beberapa saat kami pun memutuskan untuk memilih jalur tersebut. Ternyata jalur ini terus menurun sehingga membuat kami bingung mau dibawa kemana kami. Kami tidak terlalu khawatir karena di jalur ini juga terdapat stream line walaupun bukan streamline tali sepatu. Selain itu jalur yang kami ikuti terus menuju ke kiri yang secara logika akan membawa kami kembali ke suatu titik asal kami berangkat.

Di suatu tempat kami sempat berpapasan dengan tukang kayu (sekitar jam 11 siang dimana seharusnya kami sudah sampai di puncak Perbakti bertemu mentor) yang lewat. Ketika ditanya dimana puncak Perbakti jawaban tukang kayu tersebut malah menambah kebingungan kami. Dia (tukang kayu) menjawab bahwa puncak perbakti tinggal mengikuti jalur ini di mana juga dapat menuju pemukiman. Kami bertambah miris bahwa kami akan sampai ke puncak perbakti. Namun, bertemu dengan tukang kayu tadi menandakan satu hal bahwa kami tidak nyasar.

Setelah memutuskan beristirahat sebentar sambil makan siang, kami menghitung kondisi makanan kami dan air dimana kondisi air tinggal 5 liter. Kami memutuskan untuk terus mengikuti jalur karena apabila kembali jalur tanjakannya cukup curam. Jalur di depan kami terdapat banyak stream line (walaupun bukan stream line tali sepatu) sehingga kami merasa berada di jalur yang benar. Namun lagi-lagi terdapat masalah dimana kami menemukan persimpangan di mana di setiap persimpangan terdapat STREAM LINE!! Ditambah stream line ketika memasuki percabangan berarti ada 3 STREAM LINE DI 3 PERCABANGAN!!

Kami kembali dilanda keputusasaan dengan kondisi yang ada. Akhirnya icon dan fiki mencoba mensurvey dua percabangan tersebut. Sampai saat ini kami masih berpikir bahwa kami berada dipunggungan yang salah sehingga harus turun ke lembah untuk berpindah punggungan. Akhirnya kami mengambil salah satu cabang yang ternyata jalannya sangat curam dan berduri. Lagi-lagi timbul masalah karena ternyata ada 2 percabangan lagi yang dikedua-duanya terpasang stream line??!!!

Setengah putus asa kami kembali lagi ke titik awal dan mengambil cabang yang satu lagi. Setelah berjalan sekitar satu jam kami sampai di suatu tempat yang membuat kami senang sekaligus kesal. YA kami kembali ke titik awal kami berangkat!!! Senang karena berarti kami berarti tidak nyasar dan kemungkinan besar akan turun keesokan harinya dan kesal karena satu hari yang sangat melelahkan telah dilewati dengan sia-sia.

Akhirnya kami memutuskan untuk menunda waktu turun dan memilih untuk mulai menyiapkan base camp walaupun hari masih sore mengingat kondisi fisik kami yang mulai menurun. Karena kami tinggal turun besok maka kami memutuskan untuk beristirahat agak lebih lama untuk mengembalikan kondisi kami.

Hari ketiga

Saatnya kami bersiap-siap pulang. Bangun tidur yang rencananya pukul 6 ngaret hingga akhirnya kami baru selesai packing pukul 9. Nah pada saat kami sudah berpikiran untuk pulang, makan enak di terminal parakan salak, tiba-tiba datanglah mentor yang berniat untuk nge-SAR kami. What the F$%*K mentor yang datang adalah Satria dan Sutar. Mereka meminjam peta kami dan mulai melakukan navigasi darat.

Setelah menjelaskan kondisi yang kami alami sehari kemarin, kami diminta untuk melanjutkan perjalanan dengan di temani mentor. Sampai akhirnya kami bertemu stream line tali sepatu terakhir Sutar kemudian melakukan survey ke atas dan Satria ke bawah. Mentor-mentor tersebut menjelaskan sebenarnya kami hanya perlu memutari punggungan karena kami sudah berada di puncak punggungan dai Gunung perbakti. Ternyata Sutar berhasil menemukan jalur ke atas sehingga kami pun harus ikut ke atas. Dan betul saja kami kembali menemukan stream line merah di sana.

Jalur perjalanan juga berubah di mana jalurnya menanjak curam dan tumbuhan mulai renggang. Kondisi kami yang cukup lelah membuat kami menjadi cepat kelelahan. Saya pribadi merasa benar2 lelah karena saya benar2 tidak mengestimasi tenaga lagi untuk naik ke atas karena sudah berpikir untuk turun. Pukul 12 kami sudah tiba di puncak perbakti. Namun hanya sebentar kami beristirahat kami sudah harus turun lagi. Sebenarnya puncak perbakti tidak terlalu jelas karena lokasinya memanjang dan tidak ada plat yang menyambut kami seperti halnya gunung-gunung lain.

Jalur turun ke arah cidahu berbeda dengan jalur dari parakan salak. Kondisinya lebih mirip jalur gunung Putri bila ingin ke puncak gunung Gede. Perjalanan turun berlangsung cepat karena kami tidak beristirahat sama sekali sejak beristirahat di puncak. Sejaman kami berangkat akhirnya kami tiba di sungai dan bertemu dengan ‘mentor-mentor yang baik hati’. Selanjutnya nuansa pelantikan mulai terasa, sehingga saya cukupkan cerita perjalanannya sampai sini saja.

Ongkos

Stasiun ui depok-stasiun bogor=1500

Stasion bogor-terminal baranang siang=3000

Terminal baranang siang-terminal parung kuda=12000

Terminal parung kuda-terminal parakan salak=4000

9-11 Mei 2008

K-274-08

28 Mei 2008

Pergilah Anak Muda

Pergi dan terbang anak muda

Raih apa yang ingin kau capai

Pergilah ke suatu tempat

Di mana orang lain akan takut

Untuk pergi

Kau harus ke sana!

Tempat di mana tantangan

Membentang luas

Langit biru yang kau impikan

Kedamaian melekat di dalam hatimu

Tempat di mana tuhan terasa dekat

Dekat dengan langkahmu

Dekat dengan segenap rencanamu

Dekat dengan segenap kesulitanmu

Puaskan hasratmu dengan kebaikan

Pergi! Terbanglah…!

Jadikan masa mudamu baru kembali

Seperti burung rajawali

Tidak mudah bukan tidak mungkin

Kau harus pergi..! Pergilah anak muda!

Kau tak akan bisa ditahan lagi

Kau akan seperti mata air

Di puncak gunung

Yang harus turun mengalir di antara

Gunung-gunung

Melewati segala jeram, lereng,

Padang dan lembah

Seperti air mengalir di antara

Gunung-gunung

Seperti burung rajawali

Itu takdirmu!