08 Mei 2011

Selamatkan Bumi Kita

Terik mentari merentang masa
Memapar bumi yang tersiksa ulah manusia
Diam tanpa daya
Terjamah tangan-tangan nakal tak bernorma

Melubangi lapisan ozon
Membabat hutan-hutan lebat
Hingga suhu bumi terus meningkat
Es di kutub mencair
Permukaan laut pun naik

Gumpalan asap mengepul dimana-mana
Tak ada lagi udara segar yang bebas polutan
Limbah kimia berbahaya cemari air yang mengaliri ribuan hektar sawah
Merusak harmonisasi ekosistem air

Wahai pemilik tangan-tangan nakal
Tidakkah kau mendengar jeritan alam
Tidakkah kau melihat bencana tiada henti menimpa
Jutaan manusia kehilangan tempat tinggal
Jutaan satwa kehilangan habitat

Dimana lagi kita akan berpijak
Mencari kehidupan baru di planet lain?
Seperti negara adidaya yang sedang mengeksplorasi mars dan bulan
Atau tetap tinggal di tempat yang tiada henti kau rusak

Dimanakah hati nuranimu kau simpan?
Tidak ingatkah bahwa kau adalah
Khalifah di muka bumi yang kau tempati?

Bukan mesin perusak yang dipenuhi ambisi
Bukan pula robot penghancur yang tidak berhati

Wahai pemilik tangan-tangan nakal
Tidak pernahkah kau berfikir
Mengembalikan semua yang pernah kau ambil
Hutan lebat yang menghijau
Air sungai yang tidak tercemar
dan udara yang bebas polutan
Karena, di bumi ini jua kau tinggal

Petuah Seorang Indian kepada Anaknya

Anakku
Tak seorang pun akan menolongmu di dunia ini.
Maka jelajahilah puncak-puncak gunung itu, dan kembalilah.
Hanya itu yang akan dapat membuatmu perkasa.

Anakku...
Ketahuilah bahwa tak seorangpun di dunia ini yang dapat kau sebut sebagai sahabat sejati...
Tidak juga ayahmu, ibumu, bahkan saudara-saudaramu.
Tanganmu adalah sahabatmu...
Kakimu adalah sahabatmu...
Rambutmu adalah sahabatmu...
Pandanganmu adalah sahabatmu...
Suatu kali kau harus menghadapi seseorang yang menganggapmu musuh.
Saat kau berhadapan dengan mereka, kau hanya perlu merasa berani berada tepat di depan wajahnya

Kau harus siap bahwa mungkin ia akan merasa sakit atau menang.
Saat itu kau harus percayalah bahwa sesungguhnya keberanian bukanlah masalah menang atau kalah.
Suatu kali pula kau akan berada di tengah mereka yang menderita.
Jangan pernah terlambat untuk membantu mereka melebihi dari segala kemampuan yang kau miliki
Kita tak pernah tau, bahwa mungkin saja kemanapun kau pergi, alam akan mendengar mereka bercerita sebuah kisah tentang dirimu.

Oleh karena itu, aku berkata padamu....

"Pilihlah jalan terjal mendaki itu, tapi bukan jalan yang nyaman ini..."

("Petuah Seorang Indian kepada Anaknya" kutipan dari "Going to The Mountain")

Anak muda, apa yang kau banggakan..?

Anak Muda,
Rambutmu kini menjadi merah
Entahlah, kau cat dengan uang dari orang tuamu
ataukah sekedar ikut-ikutan teman

Anak Muda,
Ada besi melingkar menembus telingamu
Tak hanya kaum hawa
Engkau pun sekarang memakainya
Bukan semakin keren
Tapi semakin membuatmu wanita

Anak Muda,
Pakaianmu yang rapi sewaktu SMA
Telah berubah saat jadi mahasiswa
Sobek sana, sobek sini
Bukan karena usang, tapi memang kau sengaja

Anak Muda,
Sebatang rokok selalu menemanimu
Rupiah demi rupiah kau bakar
Pengobat stress kilahmu
Padahal kau sedang bahayakan diri dan sekitarmu
Kau benci orang egois
Padahal kau sendiri termasuk bagiannya

Anak Muda,
Usia yang semakin bertambah
Tak juga membuatmu berbenah
Waktu demi waktu
Engkau habiskan begitu saja berlalu
Dari warung ke warung
Dari mall ke mall
Esensi sama dengan tempat yang beda

Anak Muda,
Bapak dan ibu cemas memikirkanmu
Dulu anak sholih yang mereka pinta
Tiap malam, tiap selesai ibadah
Beliau sempatkan doa untukmu
Namun, apa balasmu?
Justru tingkahmu membuatnya murka
Dari hari ke hari

Anak Muda,
Ayahmu banting tulang bermandi peluh
Mengusahakan biaya sekolah dan makanmu
Sedang ibumu
Sabar mengajarimu berhitung satu dua
Dan mengeja a be ce de
Namun, apa baktimu?

Anak Muda,
Masa mudamu menentukan masa tua
Barangsiapa bersantai di waktu muda
Pasti akan bersusah payah di waktu tuanya
Dan sebaliknya,
Barangsiapa bersusah payah di masa muda
Kelak tinggal menuai nikmatnya hari tua

Anak Muda,
Bukan tampangmu yang bisa kau banggakan
Bukan pula penampilanmu nyentrikmu
Bukan pula aksesoris dan gayamu
Tapi berbanggalah karena karyamu
Berbanggalah karena kebaikanmu
Dan berbanggalah karena keluhuran budimu

Anak Muda,
Pilihan sekarang ada di tanganmu
Diam berarti menanti kehancuran
Berubah berarti menata masa depan
Renungkan, pikirkan
Dan segeralah ambil keputusan