10 Oktober 2008

Kura-kura di umurnya yang ke-36

Yups tanggal 18 Oktober ini Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesia a.k.a KAPA FTUI akan berulang tahun yang ke 36. Udah lumayan tua ya ^_^. Kalo diibaratkn manusia tuh umur segitu lagi ngerasain yang namanya puber kedua. Sama seperti KAPA ku ini. KAPA yang sedang mencari bentuk di tengah berbagai perubahan mulai dari kurikulum di kampus, ‘keharusan’ lulus 4 tahun, sampai loyalitas dari anak KAPA nya sendiri. KAPA yang saya baca dari buku “22 tahun KAPA FTUI dari puncak lembah dan desa nusantara” sungguh sangat berbeda dengan yang saya alami sekarang. Wajar siy secara yang namanya organisasi pasti akan mengalami yang namanya dinamika. Nga Cuma KAPA kok tapi semua organisasi lain di teknik juga mengalaminya. Dan akhirnya
Balik lagi ke organisasi tersebut apakah mau dibawa ke mana. Mati surikah? Hidup segan mati tak mau? Atau mengambil langkah tersulit untuk mengembalikan kejayaan kura-kura.
Terus.., siapakah yang akan memulai perubahan (kalo emang harus berubah) itu?? Ada beberapa solusi yang menurut gw dapat mengakselerasi ‘puber kedua’ ini agar cepat2 dilewati:


  • Back to division
    Kita kembali ke lingkup yang lebih kecil yaitu divisi (ORA, Caving, RC, dan GH). Kita bangun divisi kita masing2 dan proses yang terjadi di masing2 divisi yang akan di bawa ke rapat KAPA

  • Percepatan MUSKAP
    MUSKAP yang direncanakan pada bulan desember (sepertinya akan diundur) dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga ada update-an PDPRT yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan

  • Penentuan prioritas antara peningkatan kemampuan manajerial atau peningkatan dinamika kekeluargaan

Memang segala option di atas memiliki konsekuensi. Namun ketegasan sikap perlu diambil agar kura-kura ini tetap berjalan walaupun dengan tertatih-tatih. Saya merasa setiap Kura-kura yang masih aktif memiliki pandangan yang sama dengan saya. Tinggal bagaimana cara BP mengakomodir aspirasi anggota untuk memecahkan solusi bersama-sama. Momen ulang tahun ini sebenarnya sangat tepat untuk dijadikan ajang renungan mau dibawa ke mana KAPA ke depannya.
Semoga ‘puber kedua’ ini cepat-cepat pergi dan KAPA tumbuh semakin besar, kuat, dan dewasa terhadap berbagai threat yang menghadang. Dan seperti baju yang gw pake sekarang ketika menulis posting ini yang bertuliskan KAPA never dies. Yups Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesia nga akan pernah punah selama masih ada kura-kura yang dengan semangatnya untuk membawa panji2 kapa baik itu di gunung, tebing, gua, sungai, maupun di teknik itu sendiri.


Happy birthday to you
Happy birthday to me
Happy birthday Happy birthday
Happy birthday to us


At least

Udah lama juga nga ngepost di blog ini. Dari rencana awal 1x posting @ minggu, malah jadinya tergantung mood aja. Sebagian jugaK Cuma artikel Copasan yang menurut gw menark. Padahal dalam seminggu tuh pasti ada aja kejadian yang bisa dijadikan pelajaran. Mulai dari ucapan pak Nasikin yang bilang bahwa segala macam aplikasi itu sebenarnya hanya alat bantu, Cerita perjalan waktu gw kemarin ke Ciampea, Buka puasa puapala 31, Lebaran yang kayaknya Cuma jadi ritual tahunan yang apabila kita tidak menjalankan ritual itu langsung ada yang bilang (‘kalo nga kesana kan nga enak.., soalnya setiap tahun kan kita kudu ke sana), sampai gw yang baru nyadar bahwa untuk meraih kesuksesan itu harus ada yang dikorbankan. Mungkin di lain waktu gw akan menuliskan hal-hal tersebut
Tapi ya itu tadi.., itu semua Cuma niat yang belum bisa gw laksanain sepenuhnya.., seperti salah satu ceramah yang pernah gw denger bahwa setan baru akan mengganggu manusia ketika manusia tersebut telah meniatkan akan melakukan sesuatu. Bukan berarti gw menyalahkan setan siy.., So let’s back to our business.

28 Juli 2008

Poem

Dalam sebuah kenangan

Mahkota mawar luruh

Dedaunan berguguran
Terpaan angin menerbangkan kembang
Kabut menghalangi keindahan

Berjalan seiring waktu,
Kembali keindahan meniti harmoni
Tetesan embun menyejukkan
Terlukis dalam suatu kerjapan mata

Hari-hari terlewati
Bersama dengan perginya kenangan
Air mata yang menetes
Serta kesenangan yang kita lalui bersama

Membangun kembali kehangatan
Serta menggapai kembali binar telaga bening
Melupakan kesenyapan
Dan kesendirian yang dating

Mendengarkan kembali senandung indah
Yang dinyanyikan oleh sang angin
Serta menghadirkan kembali kenangan lalu
Saat bercanda dan tertawa bersama

Terkadang ada hal yang ingin kita lupakan
Saat pahit yang kita rasakan
Ketika persahabatan tak terjaga
Tak jadikan alas an, tuk lupakan kenangan
Tapi mengajarkan kita lebih dewasa
Serta indahnya makna persahabatan

Jangan kau tutup pintu ini
Pintu yang membawa kembali ingatan masa lalu
Biarlah ia terbuka..
Tuk mengingatkan kembali
Atas semua yang telah kita lalui bersama

Budi
Sekarang aku memimpikan sentuhan halus seorang wanita, suara nyanyian burung, bau tanah yang pecah di antara jari jemariku, dan warna hijau indah dari tenaman yang kurawat dengan telaten. Aku sedang mencari sebidang tanah untuk kubeli, yang akan aku penuhi dengan rusa dan babi liar dan burung-burung dan pohon kapas dan pohon sycamore dan aku akan membuat sebuah kolam, dan bebek-bebek akan dating, dan jika malam tib, ikan-ikan akan berenang ke permukaan dan menelan serangga ke dalam mulutnya. Akan ada banyak jalan setapak menuju hutan ini, dan aku dan kamu akan menyesatkan diri di tengah lekukan dan lipatan tanah yang lembut. Kita akan dating ke tepi kolam dan berbaring di atas rumput, dan akan ada sebuah papan kecil yang tidak mencolok, dengan tulisan: INILAH DUNIA YANG NYATA, TEMAN DAN KITA SEMUA BERADA DI DALAMNYA

Charles Bowden
Blood Orchid

24 Juli 2008

Mandalawangi Pangrango

Karya : Soe Hok Gie (Jakarta 19 Juli 1966)
Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Kedalam ribaanmu, dalam sepimu dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
kau datang kembali
dan bicara padaku tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian menghadapi tanda tanya
Tanpa kita bias menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas hutan-hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu
Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

20 Juli 2008

Saya ragu ada orang yang menikmati kehidupan di tempat tinggi-menikmati dalam arti yang umum. Memang benar, ada kepuasan besar yang muncul dari perjuangan berat untuk mendaki, betapapun lambatnya. Akan tetapi, sebagian besar waktu seorang pendaki harus dihabiskan di kemah-kemah di tempat tinggi yang sangat kotor, tempat yang tidak memberikan hiburan apapun. Merokok tidak mungkin; makan membuat perut terasa mual; keharusan untuk membawa beban sekecil mungkin tidak memungkinkan kita untuk membawa bacaan, kecuali tulisan yang tercantum pada label makanan kaleng; minyak sardine, susu cair, dan obat anti racun berserakan di seluruh tempat. Kecuali pada saat-saat yang sangat pendek, yaitu ketika seseorang sedang tidak ingin menikmati kegembiraan, tidak ada yang bisa dipandang kecuali kekacauan di dalam tenda dan kulit bersisik serta wajah tak bercukur dari rekan-rekan sependakian-untungnya suara angin menutupi nafasnya yang tersengal-sengal. Dan yang terburuk adalah munculnya perasaan tidak ebrdaya total dan perasaan tidak mampu untuk menghadapi setiap keadaan darurat yang mungkin terjadi. Saya biasa menghibur diri sendiri dengan memikirkan, bahwa setahun yang lalu, gagasan bahwa saya bisa ikut dalam petualangan seperti saat ini sudah mampu membuat saya gembira-sebuah prospek yang tampak seperti mimpi yang tidak mungkin terwujud. Namun, ketinggian berdampak sama terhadap otak dan tubuh, pikiran seseorang menjadi tumpul dan pasif, dan satu-satunya keinginan saya adalah menyelesaikan tugas celaka ini untuk kemudian segera turun ke tempat yang lebih layak.

Eric Shipton
Upon That Mountain

04 Juli 2008

Karakteristik Seorang Pemimpin

Karakteristik Seorang Pemimpin



  • Mempunyai kemauan untuk memimpin
  • Memiliki moral yang tinggi
  • Menginspirasikan komitmen dan kerja sama
  • Menunjukkan energi gairah dan antusiasme
  • Terfokus dan mampu memfokuskan orang lain
  • Memandang masa depan dengan harapan dan optimisme
  • Mengambil resiko secara hati-hati
  • Jujur pada diri sendiri
  • Terus berjalan walaupun banyak hambatan
  • Mengambil perspektif jangka panjang
  • Mengundang input
  • Mentoleransi kekeliruan
  • Menetapkan standar dan tujuan
  • Tetap tenang saat diserang kritik
  • Memastikan orang untuk mempunyai sumber daya untuk melakukan pekerjaan
  • Percaya pada diri sendiri dan pengikutnya
  • Memulai perubahan daripada bereaksi terhadap perubahan
  • Mengambil tanggung jawab
  • Penuh ingin tahu dan fleksibel
  • Menguji asumsi secara konstan
  • Tidak mengontrol secara berlebihan
  • Memberi bawahan kebebasan untuk bertindak
  • Mentoleransi perbedaan pendapat
  • Percaya bisa mengubah dunia ke arah yang lebih baik
  • Melihat kesempatan dan tantangan
  • Membuat keputusan naluriah berdasarkan pengalaman
  • Meluangkan waktu untuk mengajarkan kepada orang sudut pandang mereka
  • Mempunyai sikap mengambil alih kesalahan
  • Ingin untuk menang
  • Tidak takut untuk bekerja berdampingan dengan orang-orang baik dan ambisius
  • Menginginkan masa depan yang lebih baik
  • Tidak menyalahkan orang lain
  • Mengetahui bidang dan pekerjaan mereka secara mendalam
  • Bekerja untuk menanamkan nilai pada pengikutnya
  • Mengorientasikan diri terhadap konsumen

11 Juni 2008

Surat Wasiat

Jika kamu pernah melihat sandiwara ?Peter Pan?, maka kamu akan ingat, mengapa pemimpin bajak laut selalu membuat pesan-pesannya sebelum ia meninggal, karena ia takut, kalau-kalau ia tak akan sempat lagi mengeluarkan isi hatinya, jika saat ia menutup matanya telah tiba.
Demikianlah halnya dengan diriku. Meskipun waktu ini aku belum akan meninggal, namun saat itu akan tiba bagiku juga. Oleh karena itu aku ingin menyampaikan kepadamu sekedar kata perpisahan untuk minta diri ????..
Ingatlah, bahwa ini adalah pesanku yang terakhir bagimu. Oleh karena itu renungkanlah!

Hidupku adalah sangat bahagia dan harapanku mudah-mudahan kamu sekalian masing-masing juga mengenyam kebahagiaan dalam hidupmu seperti aku.
Saya yakin, bahwa Tuhan menciptakan kita dalam dunia yang bahagia ini untuk hidup berbahagia dan bergembira. Kebahagiaan tidak timbul dari kekayaan, juga tidak dari jabatan yang menguntungkan, ataupun dari kesenangan bagi diri sendiri. Jalan menuju kebahagiaan ialah membuat dirimu lahir dan batin sehat dan kuat pada waktu kamu masih anak-anak, sehingga kamu dapat berguna bagi sesamamu dan dapat menikmati hidup, jika kamu kelak telah dewasa. Usaha menyelidiki alam akan menimbulkan kesadaran dalam hatimu, betapa banyaknya keindahan dan keajaiban yang diciptakan oleh Tuhan di dunia ini supaya kamu dapat menikmatinya !

Lebih baik melihat kebagusan-kebagusan pada suatu hal daripada mencari kejelekan-kejelekannya. Jalan nyata yang menuju kebahagiaan ialah membahagiakan orang lain. Berusahalah agar supaya kamu dapat meninggalkan dunia ini dalam keadaan yang lebih baik daripada tatkala kamu tiba di dalamnya. Dan bila giliranmu tiba untuk meninggal, maka kamu akan meninggal dengan puas, karena kamu tak menyia-nyiakan waktumu, akan tetapi kamu telah mempergunakannya dengan sebaik-baiknya. Sedialah untuk hidup dan meninggal dengan bahagia dan Tuhan akan berkenan mengaruniai pertolongan padamu dalam usahamu.

29 Mei 2008

Gunung Perbakti

Gunung Perbakti

3 Hari Bersama Anak Metal

Gunung perbakti merupakan gunung yang terletak di gugusan gunung Salak. Gunung ini tidak terlalu tinggi yaitu hanya sekitar 1700-an meter dpl. Gunung ini dikelilingi puncak gunung-gunung lain seperti gunung Endut dan gunung Salak. Gunung Perbakti dapat dicapai lewat 2 jalur jaitu dari Parakan Salak dan dari Cidahu. Tim perjalanan kali ini terdiri dari saya dan 3 orang rekan saya yaitu Jeni (K-273-08), Icon (K-271-08) dan Fiki (K-272-08) yang ketiganya berasal dari jurusan metalurgi. Perjalanan ini sebenarnya merupakan suatu proses pelantikan namun suasananya cukup santai.

Hari pertama

Di keberangkatan kami ternyata dipisah. di mana saya dan Icon berangkat dari stasiun Pocin sedangkan dua yang lain berangkat dari stasiun UI. Kami ditunggu di stasiun Parakan Salak pada pukul 11. Dari stasiun Pocin saya dan icon baru naik kereta pada pukul 6.48 dan tiba sekitar pukul 7.30 di stasiun Bogor. Dari stasiun Bogor kami sarapan terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan menuju terminal parung kuda dan tiba pukul 10.30. Di sana ternyata telah ada rekan kami yang lain yaitu si jengkol dan fiki. Lega juga rasanya tim sudah lengkap lagi. Setelah beristirahat sekitar sejam, mentor desmon datang dan mengajak kami melalukan perjalanan panjang.

Perjalanan yang dimulai di stasiun parakan salak mengikuti jalur jalan raya kemudian membelok memasuki tempat wisata. Di sini kemudian kami berjalan menyusuri kebun teh yang terus menanjak. Walaupun hanya berjalan santai, namun karena berupa tanjakan membuat kami menjadi cepat lelah. Setelah beberapa kali istirahat akhirnya kami tiba di persimpangan menuju perbakti sekitar pukul 2 siang. Disini mentor desmon memeriksa kemampuan navigasi darat dan orientasi medan kami. Kali ini nuansa pelantikan mulai terasa. Makanan yang kami bawa di periksa dan ternyata diperkirakan tidak cukup untuk seminggu. Kemudian kami diminta untuk mengeluarkan makanan yang kami punya dan membaginya secara sama rata. Saya pribadimerasa sangat beruntung karena sejujurnya saya hanya membawa mie sebanyak 10, roti cokelat chips (makanan favorit pastinya), dan minuman.

Instruksi dari mentor desmon adalah kami dusuruh untuk mencapai puncak perbakti sebelum jam 11 keesokan harinya. Kami hanya perlu mengikuti stream line berbentuk tali sepatu. Satu kesalahan yang sangat fatal di sini adalah mentor desmon lupa memberitahu bahwa kami cukup memutari punggungan terus ke atas. Kesalahan yang nantinya akan menjadi suatu yang cukup fatal. Sampai titik ini kemudian kami dilepas dan mulai berangkat.

Baiklah saya akan memperkenalkan dulu rekan2 perjalanan saya

Jennifer: Satu-satunya cewe di dalam tim, pintar, sedikit bawel, dapat meramaikan suasana, dan cukup kuat untuk ukuran cewe

Fiki: Salah satu cowo metal di dalam tim, jago bikin bivak, kemampuan navigasi cukup baik, kuat, dan yang terpenting jago masak.

Rickson hamonangan: anak metal juga, biasanya dipanggil icon atau con dongs, di balik sifatnya yang santai memiliki sifat kepemimpinan yang cukup baik, kuat.

Ok sekarang kami tinggal berempat tanpa mentor. Tau sendirikan apa yang bakal terjadi ^_^. Begitu tahu kalau kami diberi waktu sampai besok maka kami tidak terlalu memforsir tenaga kami, bahkan terkesan sangat santai… belum jauh kami berjalan kami sudah memutuskan untuk makan. Gunung perbakti jarang didaki orang sehingga tumbuhan tumbuh tinggi-tinggi dan sulit untuk menemukan tanah lapang. Begitu menemukan tanah lapang kami langsung bersiap2 siap makan. Jenni menyebut perjalanan ini sebagai perjalanan hore2. Sampai2 untuk makan saja kami butuh waktu hampir 1,5 jam. Bahkan awalnya kami berencana untuk NGECAMP di situ saja!!!

Akhirnya dengan ‘berat hati’, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya memutuskan bahwa mulai pukul 7 harus mulai mencari tempat untuk camp. Perjalanan berlangsung cukup mudah karena kami hanya cukup mengikuti stream line. Namun mendekati sore kami mendapat ‘masalah pertama’ yaitu menemukan percabangan yang tidak ada stream line nya. Kami memutuskan untuk mengikuti jalur yang termudah namun setelah beberapa saat ternyata jalannya terus menurun sampai akhirnya kami menemukan sungai. Hal ini cukup aneh karena dari instruksi mentor seharusnya tidak ada sumber air lagi hingga ke puncak. Namun karena sepertinya Cuma ada 1 jalur maka kami mencoba untuk meneruskan. Namun kondisi jalan yang ternyata cukup berat membuat kami berpikir kembali dan akhirnya kami memutuskan untuk kembali saja.

Kami kembali dan mencari tanah lapang dulu untuk kemudian memutuskan langkah selanjutnya. Sambil memulihkan keadaan kami ternyata telah didatangi ‘teman2’ yang secara diam2 mulai menghisap darah kami. Ya apalagi kalau bukan pacet. Ketika melewati sungai ternyata pacet2 ini hinggap di kaki kami yang tidak terbungkus. Sepanjang perjalanan ini kami juga banyak menemukan kotoran babi sehingga kami mengasumsikan di sekitar kawasan gunung ini juga masih terdapat kawanan babi berkeliaran.

Sambil beristirahat kami juga mencoba mencari-cari jalur yang mungkin ada streamline-nya dan ternyata kami telah melewatkan satu streamline. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore sehingga waktu kami untuk mendaki tidak banyak lagi karena harus segera mendirikan bivak. BIVAK?? Ya bivak kami tidur di dalam bivak karena suasananya memang masih dalam suasana pelantikan. Tak lama kami berjalan kami menemukan banyak stream line di percabangan sehingga cukup memudahkan kami. Karena jalan ke puncak ini cukup mengikuti streamline yang ada maka kami memutuskan untuk beristirahat lebih cepat. Hal ini juga dikarenakan apabila matahari sudah terbenam akan sulit bagi kami untuk melihat stream line dan dapat berakibat fatal.

Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di suatu tanah lapang yang secara tidak sengaja ditemukan Fiki dan mendirikan bivak di sana. Pembagian tugasnya adalah Icon dan Fiki membuat bivak, jeni menyiapkan tali, dan saya sendiri membuat pasak. Pembuatan bivak ini berlangsung sekitar sejam –cukup lama karena hari yang mulai gelap-. Bentuk bivaknya pun merupakan suatu modifikasi yang cukup unik dimana digunakan konsep memanfaatkan lahan seluas mungkin dengan satu sisi bivak terbuka (ide fiki loo).

Selesai mendirikan bivak berarti sekarang waktunya untuk makan malam. Untuk urusan makan sendiri kami tidak perlu khawatir karena menu yang kami bawa cukup bervariasi walaupun minimalis. Perjalanan yang kami tempuh mungkin belum setengah dari total perjalanan ke puncak namun kami optimis bila kami berangkat besok pagi masih sempat sampai puncak sebelum jam 11 siang. Walaupun berasal dari jurusan yang berbeda namun tidak terdapat permasalahan komunikasi di antara kami berempat. Walaupun sebenarnya lebih asyik bila yang ikut lebih banyak lagi, perjalanan kali ini tetap akan menjadi sesuatu yang berkesan.

Hari kedua

Dari rencana awal bangun pukul setengah 6 ternyata kami baru bangun pukul 6 untuk selanjutnya bersiap-siap sarapan. Kondisi udara yang sangat dingin serta kondisi fisik yang tidak sefit kemarin membuat kami malas untuk bangun. Namun kami harus sesegera mungkin melanjutkan perjalanan karena mentor sudah menunggu di atas. Setelah selesai packing, perjalanan baru dilanjutkan sekitar pukul setengah 9.

Jalur yang jelas serta tinggal mengikuti stream line membuat perjalanan ini terasa mudah. Biota tumbuhan di sepanjang jalur adalah tanaman pakis-pakisan, tumbuhan berduri, dan beberapa kali kami temukan pohon-pohon besar. Pepohonan yang ada cukup lebat serta perdu. Kondisi jalannya menanjak dengan sesekali turunan dan jurang kecil sehingga kami harus berhati-hati.

Sampai akhirnya tibalah kami di suatu tempat di mana stream line tiba-tiba terputus. Dari stream line terakhir ada beberapa cabang yang dapat dipakai. Kondisi di tengah hutan juga menyulitkan kami untuk melakukan navigasi darat. Kesalahan terbesar kami adalah kami menganggap bahwa puncak perbakti ada di puncakan di depan kami. Padahal sebenarnya kami sedang berada di PUNGGUNGAN PERBAKTI. Sehingga kami menganggap harus turun lembah terlebih dahulu untuk mencapai perbakti.

Dari beberapa jalur yang ada, jalur yang terlihat jelas adalah jalur turun ke bawah yang curam dan dipenuhi tumbuhan berduri. Akhirnya setelah menimbang beberapa saat kami pun memutuskan untuk memilih jalur tersebut. Ternyata jalur ini terus menurun sehingga membuat kami bingung mau dibawa kemana kami. Kami tidak terlalu khawatir karena di jalur ini juga terdapat stream line walaupun bukan streamline tali sepatu. Selain itu jalur yang kami ikuti terus menuju ke kiri yang secara logika akan membawa kami kembali ke suatu titik asal kami berangkat.

Di suatu tempat kami sempat berpapasan dengan tukang kayu (sekitar jam 11 siang dimana seharusnya kami sudah sampai di puncak Perbakti bertemu mentor) yang lewat. Ketika ditanya dimana puncak Perbakti jawaban tukang kayu tersebut malah menambah kebingungan kami. Dia (tukang kayu) menjawab bahwa puncak perbakti tinggal mengikuti jalur ini di mana juga dapat menuju pemukiman. Kami bertambah miris bahwa kami akan sampai ke puncak perbakti. Namun, bertemu dengan tukang kayu tadi menandakan satu hal bahwa kami tidak nyasar.

Setelah memutuskan beristirahat sebentar sambil makan siang, kami menghitung kondisi makanan kami dan air dimana kondisi air tinggal 5 liter. Kami memutuskan untuk terus mengikuti jalur karena apabila kembali jalur tanjakannya cukup curam. Jalur di depan kami terdapat banyak stream line (walaupun bukan stream line tali sepatu) sehingga kami merasa berada di jalur yang benar. Namun lagi-lagi terdapat masalah dimana kami menemukan persimpangan di mana di setiap persimpangan terdapat STREAM LINE!! Ditambah stream line ketika memasuki percabangan berarti ada 3 STREAM LINE DI 3 PERCABANGAN!!

Kami kembali dilanda keputusasaan dengan kondisi yang ada. Akhirnya icon dan fiki mencoba mensurvey dua percabangan tersebut. Sampai saat ini kami masih berpikir bahwa kami berada dipunggungan yang salah sehingga harus turun ke lembah untuk berpindah punggungan. Akhirnya kami mengambil salah satu cabang yang ternyata jalannya sangat curam dan berduri. Lagi-lagi timbul masalah karena ternyata ada 2 percabangan lagi yang dikedua-duanya terpasang stream line??!!!

Setengah putus asa kami kembali lagi ke titik awal dan mengambil cabang yang satu lagi. Setelah berjalan sekitar satu jam kami sampai di suatu tempat yang membuat kami senang sekaligus kesal. YA kami kembali ke titik awal kami berangkat!!! Senang karena berarti kami berarti tidak nyasar dan kemungkinan besar akan turun keesokan harinya dan kesal karena satu hari yang sangat melelahkan telah dilewati dengan sia-sia.

Akhirnya kami memutuskan untuk menunda waktu turun dan memilih untuk mulai menyiapkan base camp walaupun hari masih sore mengingat kondisi fisik kami yang mulai menurun. Karena kami tinggal turun besok maka kami memutuskan untuk beristirahat agak lebih lama untuk mengembalikan kondisi kami.

Hari ketiga

Saatnya kami bersiap-siap pulang. Bangun tidur yang rencananya pukul 6 ngaret hingga akhirnya kami baru selesai packing pukul 9. Nah pada saat kami sudah berpikiran untuk pulang, makan enak di terminal parakan salak, tiba-tiba datanglah mentor yang berniat untuk nge-SAR kami. What the F$%*K mentor yang datang adalah Satria dan Sutar. Mereka meminjam peta kami dan mulai melakukan navigasi darat.

Setelah menjelaskan kondisi yang kami alami sehari kemarin, kami diminta untuk melanjutkan perjalanan dengan di temani mentor. Sampai akhirnya kami bertemu stream line tali sepatu terakhir Sutar kemudian melakukan survey ke atas dan Satria ke bawah. Mentor-mentor tersebut menjelaskan sebenarnya kami hanya perlu memutari punggungan karena kami sudah berada di puncak punggungan dai Gunung perbakti. Ternyata Sutar berhasil menemukan jalur ke atas sehingga kami pun harus ikut ke atas. Dan betul saja kami kembali menemukan stream line merah di sana.

Jalur perjalanan juga berubah di mana jalurnya menanjak curam dan tumbuhan mulai renggang. Kondisi kami yang cukup lelah membuat kami menjadi cepat kelelahan. Saya pribadi merasa benar2 lelah karena saya benar2 tidak mengestimasi tenaga lagi untuk naik ke atas karena sudah berpikir untuk turun. Pukul 12 kami sudah tiba di puncak perbakti. Namun hanya sebentar kami beristirahat kami sudah harus turun lagi. Sebenarnya puncak perbakti tidak terlalu jelas karena lokasinya memanjang dan tidak ada plat yang menyambut kami seperti halnya gunung-gunung lain.

Jalur turun ke arah cidahu berbeda dengan jalur dari parakan salak. Kondisinya lebih mirip jalur gunung Putri bila ingin ke puncak gunung Gede. Perjalanan turun berlangsung cepat karena kami tidak beristirahat sama sekali sejak beristirahat di puncak. Sejaman kami berangkat akhirnya kami tiba di sungai dan bertemu dengan ‘mentor-mentor yang baik hati’. Selanjutnya nuansa pelantikan mulai terasa, sehingga saya cukupkan cerita perjalanannya sampai sini saja.

Ongkos

Stasiun ui depok-stasiun bogor=1500

Stasion bogor-terminal baranang siang=3000

Terminal baranang siang-terminal parung kuda=12000

Terminal parung kuda-terminal parakan salak=4000

9-11 Mei 2008

K-274-08

28 Mei 2008

Pergilah Anak Muda

Pergi dan terbang anak muda

Raih apa yang ingin kau capai

Pergilah ke suatu tempat

Di mana orang lain akan takut

Untuk pergi

Kau harus ke sana!

Tempat di mana tantangan

Membentang luas

Langit biru yang kau impikan

Kedamaian melekat di dalam hatimu

Tempat di mana tuhan terasa dekat

Dekat dengan langkahmu

Dekat dengan segenap rencanamu

Dekat dengan segenap kesulitanmu

Puaskan hasratmu dengan kebaikan

Pergi! Terbanglah…!

Jadikan masa mudamu baru kembali

Seperti burung rajawali

Tidak mudah bukan tidak mungkin

Kau harus pergi..! Pergilah anak muda!

Kau tak akan bisa ditahan lagi

Kau akan seperti mata air

Di puncak gunung

Yang harus turun mengalir di antara

Gunung-gunung

Melewati segala jeram, lereng,

Padang dan lembah

Seperti air mengalir di antara

Gunung-gunung

Seperti burung rajawali

Itu takdirmu!

01 Februari 2008

Doa seorang ayah

Doa seorang Ayah
 
Tuhanku, jadikanlah anakku
seorang yang cukup kuat mengetahui kelemahan dirinya
berani menghadapi kala ia takut
yang bangun dan tidak runduk dalam kekalahan yang tulus
serta rendah hati dan penyantun dalam kemenangan
 
Oh Tuhan, jadikanlah anakku
seorang yang tahu akan adanya Engkau
dan mengenal dirinya, sebagai dasar segala pengetahuan
 
Ya Tuhan, bimbinglah ia
bukan di jalan yang gampang dan mudah
tetapi di jalan penuh desakan, tantangan dan kesukaran
Ajarilah ia: agar ia sanggup berdiri tegak di tengah badai
dan belajar mengasihi mereka yang tidak berhasil
 
Ya Tuhan jadikanlah anakku
seorang yang berhati suci, bercita-cita luhur
sanggup memerintah dirinya sebelum memimpin orang lain
mengejar masa depan tanpa melupakan masa lalu
 
Sesudah semuanya membentuk dirinya
aku mohon ya Tuhan
Rahmatilah ia, dengan rasa humor
sehingga serius tak berlebihan
berilah kerendahan hati, kesederhanaan dan kesabaran
 
Ini semua ya Tuhan
dari kekuatan dan keagungan Mu itu
jika sudah demikian Tuhanku
beranilah aku berkata:
"Tak sia-sia hidup sebagai bapaknya"



by : Douglas Mc Arthur