08 Januari 2009

Anyer 5 - 7 Januari 2009




















Journey to the Fairy Mountain : Gede Mountain

Pada tanggal 29-30 Desember 2008 kemarin, KAPA FTUI kembali melakukan kegiatan operasional berupa jalan-jalan aspiratif ke Gunung Gede. Gunung yang terletak di daerah Cianjur ini dapat didaki dari 3 tempat (normalnya bila tidak buka jalur) yaitu Cibodas, Gunung Putri, dan Sukabumi. Jalur yang kami pilih adalah lewat Gunung Putri dan turun lewat Cibodas. Alasannya adalah waktu tempuh ke puncak gede dari jalur ini relatif lebih singkat
Bagi saya pribadi ini adalah pendakian yang tertunda sekian lama. Pendakian yang tertunda karena sudah 2x saya sebenarnya merencanakan pendakian ke Gede yaitu bersama rekan-rekan anggota inti PAB 2008 dan bersama seorang dosen asal Prancis. Namun karena hal-hal tertentu maka pendakian tersebut dibatalkan. Sebelumnya saya telah mendaki gunung ini 2x yatu ketika SMA dan ini adalah pendakian ketiga saya serta yang pertama lewat jalur Gunung Putri.
Tim kali ini terdiri dari 4 orang yaitu Garda M. Ichsan, Chaerully Salam, kak Arief Agung Lestari dan saya sendiri. Ketiga rekan-rekan saya adalah GHers. Sedangkan yang bertindak sebagai karomb adalah Rully. Sebelumnya pada tanggal 24 Desember 2008 saya telah berangkat terlebih dahulu ke Cibodas untuk mengurus perizinan.
Rencananya kami akan berangkat hari Minggu jam 2 siang setelah sebelumnya melakukan packing dari pukul 11. Namun karena alasan tertentu rencana packing pun diubah jadi pukul 9 pagi. Namun akhirnya pun ngaret2 jugaK dan baru mulai packing jam 12. Sejam kemudian tim pun siap berangkat menuju stasiun UI. Di Kober (stasiun UI) kami sempat makan siang terlebih dahulu.
Dari Kober kami naik angkot jurusan Kampung Rambutan dan kemudian diteruskan naik bus jurusan Ciawi. Sebenarnya tersedia bus langsung dari Kampung Rambutan ke Cipanas namun karena mendekati tahun baru maka Bus besar tidak boleh lewat jalur Cianjur. Sehingga kami pun harus transit di Ciawi kemudian dilanjutkan naik angkot kecil ke Cipanas. Kami baru tiba di Cipanas pukul 8 malam.
Dari pasar Cipanas kami kemudian naik Ojek sampai balai pengawas. Di pos kami mendapat informasi bahwa di Puncak beberapa hari ini sedang ada badai. Setelah mengurus perizinan rencanya kami akan langsung mulai mendaki hingga bertemu sumber air. Lalu kami akan beristirahat hingga pukul 11. Baru kemudian akan langsung mendaki hingga Surya Kencana yang akan diperkirakan sampai besok pagi. Perjalanan yang berlangsung malam hari ini membuat jalanan sedikit susah terlihat karena tertutup kabut. And then the problem begin...
Beberapa saat setelah melewati pos penjagaan kami mulai mendaki menuju sumber air. Namun saat melewati sebuah gubuk yang ada pertigaannya kami salah memilih jalur. Seharusnya kami belok ke kiri namun karena jalan yang mengarah lurus lebih terlihat jelas maka kami mengambl jalan lurus tersebut. Jalur ini terus memotong persawahan dan semakin tertutup.
Saya pun sempat ragu dengan jalur ini karena seharusnya sumber air tidak terlalu jauh dengan pertigaan dari gubuk. Karena jalur yang semakin tidak terlihat ini maka kami memutuskan untuk berjalan kembali sekaligus mengecek bila ternyata ada jalur yang terlewat. Akhirnya saya dan Garda (kami berdua bawaannya paling enteng) pun memeriksa jalur kembali. Lucunya kami tetap tidak menemukan jalur yang seharusnya dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti jalur yang ada sekarang.
Jalur yang kami pilih ini semakin tertutup. Karena sebelumnya sudah 2x ke Gunung Gede saya pun sangat sangsi kami memilih jalur yang tepat. Jalur ini terus naik memutari punggungan sampai akhirnya jalur ini benar2 tertutup. At least, tim pun memutuskan untuk kembali ke gubuk dan beristirahat di sana. Baru kemudian keesokan paginya melanjutkan perjalanan karena jalurnya sudah terlihat jelas.
Akhirnya ketika kami kembali dan tiba di gubuk barulah kami melihat jalur yang sebenarnya yang ternyata adalah berbelok di gubuk. Padahal ketika sebelumnya mengecek dengan Garda kami tidak melihat jalur ini sama sekali. Sekitar 1 jam sudah waktu kami terbuang. Setelah mengintrospeksi diri barulah kami sadar bahwa kami meminta izin pendakian tanggal 29-30 pada pukul 6 pagi sedangkan sekarang baru tanggal 28 (walaupun sudah malam). Kami baru diizinkan mendaki oleh ‘mbah Gede’ pada tanggal 29. Apalagi malam ini adalah malam pergantian tahun baru islam atau malam 1 syuro. Di sini saya belajar bahwa mencuri-curi waktu adalah tindakan yang tidak baik. Akhirnya kami pun melanjutkan pendakian hingga sumber air, evaluasi, beristirahat dan akan melanjutkan pendakian keesokan harinya.
Pagi-pagi benar kami sudah selesai packing dan langsung mendaki. Targetnya kami akan tiba di Surya Kencana pada sore hari. Udara dingin, cuaca yang berkabur, serta hujan rintik-rintik tidak menghalangi niat kami menapaki punggungan mbah Gede. Hujan rintik-rintik ini terus bahkan terus berlangsung selama perjalanan ini.
Barang-bawaan setiap orang berbeda satu sama lain. Saya membawa 2 daypack depan belakang, Rully dan kak Agung yang membawa carrier yang cukup berat, bahkan Garda hanya membawa daypack saja.
Jalur gunung Putri tidak terlalu berubah dibandingkn ketika saya mendaki tiga tahun lalu. Pos-pos yang ada dulu masih berdiri hingga sekarang dan tetap banyak sampah yang bertebaran. Tanjakan-tanjakan menantang yang merupakan ciri khas gunung Putri dan yang membedakannya dengan jalur Cibodas juga tidak terlalu berubah. Hal yang tidak terlihat lagi saat ini adalah penanda jarak setiap HM yang sudah tidak terlihat lagi. Walaupun di sebagian tempat masih terlihat bekas penandanya. Saya sendiri tidak tahu kenapa penanda-penanda itu tidak ada lagi.
Karena masih aklimatisasi, di awal-awal pendakian saya cukup tersengal-sengal karena udara yang makin menipis. Kondisi fisik rekan-rekan saya terutama kak Agung yang membawa carrier paling berat terlihat paling cepat menurun. Terkadang kami bergantian membawa tas agar beban yang terbawa menjadi lebih ringan. Tas yang saya bawa sendiri tidak terlalu berat namun karena membawa 2 tas jadi sedikit sulit untuk melangkah.
Perjalanan kami hingga Surya Kencana ternyata lebih cepat dari dugaan awal kami. Kami sudah tiba sekitar pukul 10.30 siang. Namun cuaca di Surken sangat tidak bersahabat ketika itu. Angin kencang ditambah air hujan yang menampar-nampar wajah menyambut kami di Surken. Angin yang berlawanan arah dengan langkah kami juga menambah sulit langkah kami.
Tanpa membuang-buang waktu kami langsung mencari shelter untuk tempat kami bermalam serta menyiapkan makan karena kami memang belum makan pagi. Untuk tugas memasak ini saya serahkan kepada ketiga rekan saya karena sejujurnya saya memang tidak jago masak ^_^. Sisa hari ini kami habiskan untuk bersantai-santai. Jadwal makan yang ada pun cukup lucu karena kami akan makan setiap 2 JAM SEKALI!!!! Yaitu pada pukul 12 lalu dilanjutkan dengan main capsa kemudian makan lagi jam 2 lalu masak makanan pada jam 4.
Hujan yang ada tidak henti-hentinya sepanjang siang sampai malam. Kegiatan yang paling enak dilakukan saat itu adalah bersantai-santai. Ini adalah kedua kalinya saya berjalan bareng anak GH setelah sebelumnya adalah saat PAI. Menurut saya karakteristik antara anak GH dengan RC tidak terlalu berbeda paling perbedaan bahasa aja dimana bahasa anak GH banyak sarkasmenya sedangkan anak RC masih masuk sinisme ^_^.
Di malam harinya diisi dengan acara makan malam, evaluasi, dan forteK (forum tenda KAPA). Semuanya dilakukan di dalam tenda karena udara malam itu sangat dingin dan hujan masih terus turun. Malam itu serasa hanya kami yang berada di Surken karena jarak tenda yang berjauhan dan dikalahkan oleh suara angin kencang. Konyolnya kami tidur dulu baru melaksanakan evaluasi yaitu dari jam 8 sampai 11. Evaluasi sendiri tidak berjalan terlalu lama karena anak2 sudah ingin ForteK. Akhirnya kami pun tidur yang sebenarnya sekitar pukul 1 dinihari.
Kami terbangun keesokan harinya dengan kondisi badan menggigil. Paling tidak badai yang kami takutkan ternyata tidak terjadi. Udara dingin dan kondisi yang masih letih membuat kami malas untuk keluar tenda. Untuk makan pagi seharusnya menjadi tangung jawab saya sebagai PJ masaknya. Namun karena saya sadar bahwa saya tidak terlalu jago masak maka saya serahkan saja kepada teman saya da sebagai imbalannya saya mengeluarkan kocek saya sendiri untuk membeli nasi uduk ^_^.
Selesai makan kami langsung packing dan bersiap untuk summit attact. Ternyata dari tenda kami ada jalur yang langsung menuju puncak. Jalur ke puncak ini berupa batu-batu kerikil yang berupa undakan-undakan. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 45 menit. Entah kenapa kondisi badan saya tiba-tiba drop dalam perjalanan ini. Nafas menjadi sangat susah. Mungkin karena saya makan tidak terlalu anyak sebelumnya.
Sampai di puncak pemandangannya sedikit mengecewakan karena hanya terlihat kabut saja. Baik Surken maupun kawah Gede tidak terlihat sama sekali. Setelah berfoto-foto kami langsung turun lagi karena tak ada yang bisa dilakukan. Rencananya kami akan turun langsung hingga pos air terjun Cibereum. Suhu di puncak ini sangat dingin. Suhu minimal yang tercatat di termometer adalah 6,8 DERAJAT CELCIUS!!!
Membawa dua tas ternyata sangat menyulitkan untuk turun. Sehinnga dengan cepat saya tertinggal di belakang. Untuk mencapai pos air terjun ada beberapa pos yang harus dilewati terlebih dahulu. Ada tanjakan setan, pos kandang badak, pos air panas baru kemudian pos air terjun. Waktu tempuh dari puncak hingga pos air terjun adalah sekitar 6 jam. Di pos Cibereum kami membuat makan siang. Saya sendiri sempat mandi dan membersihkan badan di air terjun Cibereum. Di 2 perjalanan sebelumnya saya tidak sempat ke air terjun ini.
Setelah makan siang kami langsung melanjutkan perjalanan turun dan sudah tiba di pos penjagaan pada sore hari. Setelah mengecek perizinan rencananya kami akan langsung ke Bogor untuk menginap di rumah kak Agung. Setibanya di Bogor, Garda berpisah dan langsung pulang ke Jakarta untuk mengurus sidang KP-nya sedangkan kami bertiga langsung menuju rumah kak Agung. Setelah melakukan evaluasi terakhir maka perjalanan kali ini selesai sudah...
Bagi saya pendakian gunung adalah kegiatan untuk menguji kesabaran, kekuatan, keuletan, kerja sama tim. Sama seperti outdoor activities lainnya yang saya lakukan, rasa kepuasan, ketagihan dan keinginan untuk kembali baru saya rasakan ketika sudah turun gunung, saat sudah tiba di rumah dengan selamat. But kalo dibandingkan mendaki tebing tetap aja masih lebih enak jalan RC ^_^.
Budget transportasi (@orang)
Pergi (ke gunung putri)
Angkot biru jurusan depok - kampung rambutan = Rp. 4.000
Bus jurusan Ciawi = Rp. 6.000
Mobil L300 jurusan Cianjur = Rp. 10.000
Ojek = Rp. 8.000

Pulang (dari cibodas)

Angkot ke bawah = Rp. 3.000
Nyarter ke stasiun = Rp. 15.000
Kereta ke depok = Rp. 1.500