17 Juli 2021

COVID-19 DI BUAT MENAKUTKAN

           Pandemi COVID-19 memberikan banyak pelajaran bagi seluruh warga dunia. Saat ini, tiap orang melakukan usaha terbaik demi menghindari risiko terinfeksi COVID-19. Sudah seharusnya kita lebih patuh terhadap protokol kesehatan yang telah ditentukan Pemerintah Indonesia. Protokol kesehatan ini ditujukan untuk mencegah penularan virus corona dan meminimalisir bertambahnya angka kasus infeksi.

          Protokol kesehatan tersebut meliputi menggunakan masker, rajin mencuci tangan, serta wajib menjaga jarak. Hal ini bukanlah hal yang mudah, karena bukan merupakan suatu kebiasaan untuk kita semua.

          Namun di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia, masih banyak masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan. Tidak sedikit masyarakat yang terlihat tidak mengenakan masker dalam berkegiatan sehari-hari. Penerapan menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan menggunakan sabun (3M) oleh masyarakat mulai agak menurun karena masyarakat Indonesia bersifat komunal sehingga sosialisasi dan interaksi dengan banyak orang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku ini terjadi akibat ketidakjelasan berakhirnya pandemi. Salah satu hal lagi yang menyebabkan kelelahan masyarakat yaitu situasi ekonomi di tingkat keluarga, dan media yang terkesan menakuti masyarakat. Di sosial media
Ketika berita-berita tersebut menjadi unggahan di media sosial, pasti ada komentar warganet yang membuat semua orang termenung. Bahkan ada bahasa “Jangan apa-apa dicovidkan. Tetangga masuk rumah sakit disebut Covid-19. Paman sakit jantung disebut Covid-19. Entah apalagi disebut Covid-19 semua”

          Kenapa harus takut? Karena kenyataannya ketika ada kasus positif Covid-19, stigma mengalahkan upaya penelusuran kasus. Di Indonesia ketika ada kasus positif Covid-19, upaya pelacakan terbatas hanya sampai ke lima orang saja. Padahal dalam satu hari, seseorang yang berkegiatan di luar rumah sangat mungkin bertemu dengan lebih dari lima orang.
Ketakutan kesakitan karena tes swab, mengalahkan ketakutannya bila memang terdeteksi positif Covid-19 dan menularkannya ke anggota keluarga serumah yang rentan.

          Upaya mengkomunikasikan bahaya Covid-19 memang tidak mudah. Bukan cuma di Tanah Air, di negara lain saja masih banyak anggota masyarakat yang bandel. Menganggap Covid-19 tidak ada. Sampai memilih tidak mau dibelenggu oleh penggunaan masker.

          Mungkin lebih baik kita ketakutan, takut yang logis, supaya kewaspadaan itu selalu dijaga. Supaya ketika harus bekerja keluar rumah, atau sekadar ke warung di kompleks, protokol kesehatan tetap di terapkan.

Tidak ada komentar: