22 April 2014

Business Trip to Bagan Batu

Liburan kali ini saya menyempatkan waktu untuk pergi ke tempat saudara saya di Bagan batu. Ada beberapa tujuan saya ke sana yaitu untuk melihat hasil pemupukan yang telah dilakukan minggu sebelumnya di mana pada saat itu saya tidak bisa datang, kemudian melihat kebun sawit yang ada rencana untuk dijual oleh pemiliknya, serta menjaga silaturahmi dengan saudara yang menjaga kebun saya. Kali ini saya akan fokus pada tujuan kedua dimana selama seharian, kami berputar-putar untuk melihat kebun sawit yang ada rencana untuk dijual pemiliknya. Kebun2 yang ada rencana dijual tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Luas lahan 3 Ha dengan pembukaan harga IDR 165 juta. Menurut uda Pai harganya bisa ditekan hingga IDR 150 juta. Tapi pemiliknya (orang bagan Batu) masih galau untuk menjualnya. Dari ngobrol dengan penduduk sana kemarin, sang pemilik malah bilang harga kebun sawitnya adalah IDR 200 juta. Terindikasi sang pemilik memiliki hutang dengan pembayaran per bulan mencapai IDR 16 juta. Pemiliknya pun berencana memasukkan anaknya ke polisi sehingga membutuhkan biaya besar. Selain itu lokasinya yang dipinggir jalan serta dialiri kabel PLN menjadikan lokasinya sangat strategis (dekat sekolah) dan Uda Pai berniat mendirikan rumah di situ. Kebunnya kurang terurus, karena untuk lahan seluas 3 Ha hanya dipupuk sebanyak 3 sak dan hasilnya perbulan hanya 500 ton. Memerlukan biaya lagi agar hasilnya kembali normal. Kebun ini merupakan prioritas utama saya untuk dibeli. 
  2. Luas lahan 4 Ha diperkirakan harganya sekitar IDR 200 juta. Dari 4 Ha itu 0.5 Ha berupa rawa sehingga tidak bisa ditumbuhi. Ini baru indikasi pemiliknya akan menjualnya. Pemiliknya memiliki hutang sebesar IDR 200 juta. Tapi kemarin ketika saya kesana pemiliknya baru melakukan pemupukan pada lahannya. Tentunya dia akan rugi bila menjual kebun yang baru dia pupuk. Bila ternyata pemilikinya jadi menjualnya, Uda Pai akan langsung menginfokan ke saya. Mungkin dia tidak akan langsung menjualnya sekaligus namun sedikit demi sedikit. 
  3. Luas lahan 1.5 Ha dijual seharga IDR 90 juta. Lokasinya agak jauh dari pinggir jalan. Sehingga Uda Pai agar berkeberatan bila saya membelinya nanti. Produksinya pun tidak sebagus kebun yang saya miliki dan pohonnya juga sudah tinggi2. Padahal menurut saya lahan ini siy oke2 saja untuk dibeli karena harganya sama dengan kebun saya ini
  4.  Luas lahan 17 Ha dijual seharga IDR 70 juta @ Ha. Penjualnya pun maunya menjual sekaligus keseluruhan lahannya yang kalo ditotal nilainya mencapai IDR 1.19 Milyar. Nilai yang sangat besar. Ini merupakan lahan yang sangat mahal untuk ukuran di daerah ini. Hasilnya pun tidak terlalu bagus. Bila dia mau menjual dalam partai kecil tentu saya tertarik untuk membelinya. 
  5. Lahan kosong seluas 40 Ha dan diperkirakan harganya IDR 40 juta @ Ha. Merupakan lahan warisan yang dibagi-bagi. Cukup sulit karena lahannya masih kosong dan tentunya memerlukan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama agar bisa produktif. Walaupun masalah terbesarnya tetap siapa yang akan mengerjakannya. Wkwkwk.
Selain itu ternyata ada beberapa lahan yang sudah dijual dimana saya telat untuk membelinya.
  1. Luas lahan 1,5 Ha dijual seharga IDR 90 juta. Lokasinya persis dikebun saya. Uda Pai tidak mengetahui kalau lahan ini dijual. Sebenarnya lahan ini tidak seproduktif lahan yang saya miliki sehingga membutuhkan biaya lagi agar produksinya normal lagi. Padahal bila saya bisa membeli kebun ini tentu memanennya akan lebih mudah. 
  2. Luas lahan 1 Ha dijual seharga IDR 65 juta. Pembelinya cukup mengeluarkan DP sebesar IDR 5 juta saja sedangkan sisanya bisa dibayarkan di 8 bulan kemudian. WTF. Kalo kayak gitumah saya juga bisa. Waktu itu saya masi berpikir karena letaknya berdampingan dengan milik bou Ade sedangkan lahan bou Ade hanya dijual seharga IDR 50 juta. Meskipun saat ini kondisinya pemiliknya sedang butuh uang untuk pesta anaknya. 
  3. Ini yang paling disesalkan. Lahan 4 Ha miliki kak Leni dijual seharga IDR 160 juta ke tokei. Saat itu Kak Leni sedang butuh uang, sedangkan hasil dari kebunnya tidak terlalu bagus. Gimana mau bagus kalau kebunnya sendiri jarang dipupuk. Bila saja kal Leni mau menunggu sampai saya keluar bonus tentunya lebih baik dibeli saudara sendiri daripada dibeli si tokei. Setelah diurus oleh si tokei hasil kebunnya pun sudah mulai normal kembali. Siaaaal.
Sekian hasil business trip saya ke Bagan Batu. Uda Pai cuma berpoesar agar sabar saja, karena saat ini lagi susah buah dan harga pun bergerak turun, biasanya pada saat seperti ini akan ada orang yang menjual lahannya karena kepepet. Sehingga harganya pun bisa ditekan. Saya ingin serius menekuni bisnis ini sebagai sampingan saya. Tapi seperti yang Amangboru Jul bilang bahwa bila ingin turun ke bisnis ini tidak sepenuh hati, maka hasilnya pun bisa tidak memuaskan.


Tidak ada komentar: