02 Januari 2015

Pergerakan saham 2014 dan prospek 2015


Pasar saham Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat positif di tahun 2014. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 5.226,95, atau naik 22,29% year to date (ytd). Kinerja IHSG ditopang sejumlah sektor. Sektor properti dan konstruksi mencetak return tertinggi, yaitu 55,76%, lalu disusul sektor keuangan sebesar 35,41%, dan infrastruktur 24,71%. Sementara itu saham consumer goods memberikan return 22,21%, manufaktur 16,04%, perdagangan, service dan investasi 13,11%, industri dasar 13,09%, serta aneka industri 8,47%. Sektor pertambangan menjadi satu-satunya kelompok saham yang mencatatkan return negatif, yakni minus 4,22%.

Tahun ini saham properti banyak diburu investor. Maklum, kebutuhan akan properti masih tinggi. Mengingat properti menjadi kebutuhan dasar sekaligus wahana investasi. Tak heran, emiten properti mencetak pertumbuhan fundamental baik. Diperkirakan sektor unggulan di tahun 2014 akan melanjutkan penguatannya di tahun 2015 meski pertumbuhannya mungkin tak akan sebesar tahun ini. Rencana pemerintah menggenjot infrastruktur menjadi peluang bagi sektor konstruksi. Namun, hal ini bisa menjadi bumerang. Sebab kenaikan harga saham konstruksi tahun ini terbilang tinggi dibandingkan pertumbuhan fundamental.

Profil saham LQ45

Sektor infrastruktur, konstruksi dan finansial diperkirakan akan mencetak return tertinggi. Selain itu, sektor konsumsi dan industri dasar berpeluang tumbuh. Rencana pemerintah menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) bisa menjadi sentimen positif bagi emiten konstruksi. Dengan penghapusan subsidi BBM, pemerintah bisa lebih banyak menghemat anggaran sekaligus mengalihkannya ke sejumlah proyek infrastruktur.

Sedangkan saham  finansial banyak diminati investor asing. Harga saham emiten bank, masih terbilang murah. Di sektor perkebunan, potensi pertumbuhannya masih dipengaruhi oleh harga CPO berfluktuasi.
Sektor yang masih akan sangat berat untuk tumbuh tahun depan adalah sektor pertambangan. Harga minyak dunia terus menurun, bahkan hampir menyentuh US$ 50 per barel. Penurunan harga minyak dunia turut menyeret harga batubara. Ini yang menyebabkan prospek saham batubara masih suram.

Tidak ada komentar: