Selasa, 27 Juli 2010
Welcome to the Siung Beach. Selain menawarkan pantainya yang indah, daerah Siung ini juga menawarkan tebing2 yang menantang untuk dipanjat. Pantai Siung sering disebut sebagai surganya panjat tebing Indonesia. Ada puluhan jalur yang tersedia untuk dipanjat. Mulai dari yang mudah hingga sangat sulit. Jenis batuan tebingnya adalah andesit. Namun untuk jalur artifisial terbuat dari batu kapur. Jalur 2 ini terkumpul menjadi blok2 tebing. Mulai dari blok A hingga blok sekian (saya lupa ^_^).
Kami langsung menuju ke tebing yang akan kami panjat. Letaknya berada paling ujung. Perlengkapan yang kami bawa hanyalah perlengkapan untuk memanjat saja sedangkan sisanya tetap ditinggalkan di basecamp. Perbedaan tebing ini (fasilitas) dengan 2 tebing tempat MP saya sebelumnya sungguh ekstrim. Serasa menjadi turis aja dibandingkan menjadi pemanjat.
Oh ya saya belum memperkenalkan anggota tim yang ikut. Peserta dari MP RC ini adalah Saya sendiri, Harya dan Hendri keduanya merupakan anak RC, Kemudian uni Sheba si anak Caving, dan terakhir bang Janee anak Mapala Unisi selaku guide. Ternyata sebelumnya saya pernah bertemu dengan bang Janee saat lomba Orienteering Himpala Unas (HUNOO 2010). Saat itu rambutnya masi gimbal sehingga saya tidak mengenalinya (sekarang rambutnya dipotong pendek klimis).
Selesai check list alat, tim pemanjat mulai bersiap-siap melakukan pemanasan. Cuaca pada hari itu pun cukup mendukung untuk melakukan kegiatan pemanjatan. Jalur yang kami pilih sebenarnya tidaklah terlalu tinggi. Sekitar 30 meter. Cukup mengikuti crack saja. Apalagi kami sudah mendapat arahan dari anak Unisi mengenai pengaman apa yang harus digunakan serta dimana kira2 kami harus membuat pich. Namun terdapat overhang yang cukup panjang di sana. Pemanjat pertama adalah Harya dengan dibellay Acil. Harya langsung melakukan orientasi medan dengan dibantu Acil. Inilai climber2 muda harapan KAPA di masa yang akan datang (lebay ^_^).
Bagi Harya sendiri ini adalah pengalaman pertamanya ngelead “sesungguhnya”. Karena sebelumnya hanya latihan ngelead 3 runner di tebing Citatah tanpa membuat pitch. Tapi secara skill dan fisik sepertinya ada kemungkinan untuk langsung berhasil di kesempatan pertama niy.
Harya ini adalah anak yang paling ngocol yang pernah gw temuin waktu MP. Tampangnya bahagia terus. Tapi kalo mau dihina juga ga bisa soalnya tampangnya juga kayak orang yang sudah banyak menderita. Rambutnya gondrong. Tapi sering pake celana jangkis juga. Dia juga satu2nya anak RC yang gw tahu ngerokok. Padahal itulah yang selama ini gw bangga2kan bahwa ga ada anak RC yang ngerokok. Eh malah ketemu niy anak. Emang mantap dah niy orang. ^_^
Di awal2 pemanjatan sepertinya tidak terlalu sulit bagi Harya untuk ngelead. Kebanyakan pengaman yang digunakan olehnya adalah lubang tembus.Sampai akhirnya dia mencapai overhang. Cukup lama dia di sana. Sampai akhirnya dia berhasil melewati overhang tersebut. Tapi masalah berikutnya muncul karena tebingnya ternyata slab cukup panjang. Lokasi untuk memasang pengaman lagi cukup jauh berada di atas. Sungguh sangat beresiko tinggi bila harus memaksanakan naik hingga atas.
Tapi akhirnya Harya tetap mencoba untuk terus memanjat ke atas. Entah karena tenaganya yang sudah habis atau karena memang sudah tidak ada pegangan lagi. Akhirnya Harya pun terjatuh cukup jauh sekitar 1,5 meter. Untunglah si Acil sudah siap untuk membellay ditambah saya sebagai back up. Saat itu Harya terlihat shock sekali. Dan dia meminta untuk turun dulu. Walaupun terus dipaksa Acil untuk melanjutkan. Tapi akhirnya Harya tetap turun juga. Untungnya dia tidak mengalami luka apapun. Beberapa saat kemudian cengiran khas Harya sudah terlihat lagi.
Rencananya jalur yang sudah dibuat Harya akan diteruskan oleh Acil. Waktu sudah semakin siang saja. Sebelum memanjat kembali kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Menunya adalah sop buatan uni Sheba. Mantap kan. Setelah tenaga kami pulih pemanjat berikutnya adalah Acil yang akan di bellay oleh saya. Semoga Acil tidak selama waktu memanjat tebing Citatah kemarin.
Bisa dibilang setelah bang Sutar, hanya Acillah yang secara teknik dan fisik paling mendekati Sutar. Pemanjatan pun kembali dilakukan. Dengan cukup cepat Acil sampai ke runner terakhir yang dipasang
Harya. Eh ternyata dia stack juga. Dia terus berusaha untuk menggapai ke atas.
Sampai akhirnya dia dapat merangsek ke atas dan membuuat pengaman baru. Pengaman yang ada hanya kisaran pengaman perak dan perunggu sehingga sangat berbahaya bila terjatuh nantinya. Untungnya dia berhasil menemukan pengaman emas untuk dipasang runner. Setelah berhasil memasang 2 runner yang jarak tiap runnernya cuma 0,5 meter saja.
Cukup lama dia kebingungan untuk memasang pengaman berikutnya. Hari sudah semakin sore. Dia menemukan pengaman namun jaraknya cukup jauh dari pengaman berikutnya dan bila terjatuh bisa fatal akibatnya. Saya sendiri menyarankan untuk mencoba saja. Tapi bang Janee bilang sebaiknya jangan gambling. Akhirnya setelah cukup lama bergelantungan Acil memutuskan untuk turun.
Saat itu hari yang sudah semakin sore sehingga sangat berbahaya bila diteruskan. Sehingga diputuskan untuk dilanjutkan besok. Alat2 yang masi tergantung akan ditinggal di tebing. Asumsi kami tidak akan ada yang menggunakan tebing hingga esok hari jadi alat2 kami akan tetap aman. Malam ini pun kami berencana untuk tidur di alam terbuka di tepi pantai. Wah asyiknya. Tidur sambil mendengarkan suara deburan ombak bersama kawan2 tentu sangat indah.
Selesai makan malam nan lezat di warung, kemudian acara di lanjutkan dengan evaluasi, perencanaan, dan agenda lain-lain. Selesai acara kami langsung ke tenda kami untuk memfortek Harya. Eh Sheba dan Acil juga ikut2an curhat padahal bukan jatah mereka untuk di fortek ^_^. Selain kami, ada kelompok pecinta alam juga yang bermalam di pantai. Mereka berasal dari UIN Jogja. Sepertinya mereka sedang pendidikan sehingga tidak enak bila kami ganggu. Bang Janee sendiri sedang bermain gitar sambil memandangi pantai serasa anak pantai banget.
Rencananya besok pagi2 benar kami akan pergi melihat sunrise di tebing sebelah. Konon pemandangan di sana indah sekali. Tapi harus bangun pagi2. Padahal saat itu kondisi fisik kami sangat lelah dan baru tidur di atas pukul 10. Alhasil keesokan paginya kami telat bangun. Gagal deh rencana untuk melihat sunset. Hiks hiks hiks...
Rabu, 28 Juli 2010
Hari kedua sekaligus hari terakhir pemanjatan. Parah banget kan masa yang namanya MP kegiatan manjatnya cuma 2 hari doang. Sebenarnya ini siy kebijakan dari tiap tim MP doang. Kalo mau cukup datang ke tebing dan ga ngapa2in juga ga napa2. Untuk hari ini rencananya kami akan mengclean jalur panjat kemarin dan dilanjutkan untuk mencoba jalur sport. Rencananya saya yang akan mengclean jalur ini. Padahal sudah berbulan-bulan saya ga pernah manjat lagi.
Setelah berbagai pemanasan dan pemanasan. Saya pun siap untuk memanjat dengan di bellay Acil. Di bagian awal siy masi lancar. Sampai akhirnya sampai di over hang. Buset dah tenaga dah abis. Shit maaan. Ternyata untuk naik ke atas lagi, keseimbangan badan (balance) sangatlah diperlukan. Rasanya tangan sudah tidak dapat mengangkat badan yang berat ini.
Hingga akhirnya saya berpikir untuk membuat etrier saja. Ga cool siy, tapi dalam pemanjatan artificial filosofi yang digunakan adalah “apapun dilakukan demi mencapai atas”. Berhasil di satu runner, eh runner berikutnya kesulitan lagi. Sangat menyebalkan.. Akhirnya di setiap runner untuk mencapai posisi terakhir saya terus menggunakan etrier. Tujuan saya di sini adalah untuk mengclean jalur ini sekalian climb down. Can u Imagine??! (Climb down di tebing!!! Kalo di wall climbing atau di jalur sport siy wajar).
Eh ternyata pas mau ngeclean pengaman yang dibuat sudah emas sekali. Maksudnya pengaman itu sangat sulit untuk dilepaskan. Jiaaah. Dengan susah payah saya mencoba melepas satu demi satu pengaman hingga akhirnya saya stack di sebuah pengaman. Saya merasa tenaga saya sudah sangat habis hingga akhirnya saya menyerah dan tugas ngeclean ini akan dilakukan oleh bang Janee.
Bang Janee sebenarnya anak Caving. Tapi dia juga sering ikut kegiatan lain. Khas pecinta alam daerah yang loyal banget dengan makna pecinta alamnya. Sering ikut ngerescue pendaki2 yang nyasar di gunung juga. Mantap.
Awalnya bang Janee kesulitan untuk memanjat. Mungkin karena harus beradaptasi dulu. Kakinya terlihat bergetar alias menjahit. Tapi itu hanya sebentar. Setelah sampai ke runner terakhir yang terpasang, dia menggunakan teknik tertentu untuk melepas sang runner. Sampai akhirnya dia harus melepas runner di overhang yang cukup sulit. Terpaksa dia membuat pengaman baru untuk mengamankan posisinya. Di sini juga terlihat perbedaan cara kami dalam pemanjatan. Hal ini cukup wajar karena teknik pemanjatan itu tidak ‘saklek’ sama antara satu organisasi dengan organisasi lain.
At least, bang Janee berhasil sampai bawah dengan selamat. Ternyata ini juga pengalaman pertamanya climb down di tebing. Selesai pemanjatan ini kami langsung makan siang untuk kemudian melanjutkan untuk memanjat jalur sport. Spot untuk memanjatnya cukup bagus viewnya karena langsung berhadapan dengan laut Selatan. Angin bertiup sepoi-sepoi membuat saya agak mengantuk.
Sesampainya di blok yang akan dipanjat, kami langsung bersiap untuk melakukan pemanjatan. Di dekat tempat tersebut juga ada batu yang bisa digunakan untuk melakukan bouldering. Eh ternyata ketika saya mencoba memanjat lagi, Jari-jari saya sudah tidak kuat lagi untuk mencengkram. Karena skripsi saya jadi ga pernah latihan lagi. Shit... Yasuwdah saya terpaksa hanya menonton rekan2 saya memanjat.
Jalur yang kami ini cukup pendek. Tapi batuannya tajam sekali sehingga harus memakai sepatu. Runnernya pun cuma ada 2. Setiap orang mencoba memanjat kecuali saya. Bahkan uni Sheba pun juga mencoba. Akhirnya yang berhasil memasang runner di topnya adalah Harya. Mantap sekali. Di atas dia sempat2nya mengibarkan bendera KAPA FTUI. Kemudian dia langsung mengclean jalur yang dia buat. Atau istilahnya Lead Climb and Down (yang bikin istilahnya si Sutar ^_^).
Akhirnya selesailah aktivitas memanjat kami. Kami harus beres2 untuk meninggalkan tebing ini. Sayangnya hanya 2 hari kami menghabiskan waktu di sini. Apalagi persiapan kami juga kurang maksimal sehingga kalau hasilnya juga mengecewakan. Walaupun begitu kenangan akan tebing ini mungkin tidak akan terlupakan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Kamis, 29 Juli 2010
Kegiatan caving dimulai hari ini. Kami akan menyusuri 2 buah goa vertikal yaitu goa Seropan dan Semuluh. Kami akan menyusuri goa Seropan terlebih dahulu. Udah lama banget niy da menyusuri goa. Terakhir cuma goa Siluman yang notabene cuma goa wisata aja. Kalo biasanya saya menelusuri goa hanya bermodalkan helm dan senter kali ini saya harus menggunakan perlengkapan yang lengkap. Mulai dari helm, senter, sepatu, lalu webbing serta carabiner yang diikatkan ke badan.
Akhirnya setelah makan pagi, kami langsung berangkat menuju goa. Ternyata selain dapat digunakan untuk melakukan penelusuran goa, di mulut goa, terdapat batu2an yang biasa digunakan untuk memanjat jalur sport. Hal ini sungguh mencengangkan. Tapi setelah melihat jalur2nya saya langsung angkat tangan. Gradenya sepertinya susah sekali. Rata2 setiap jalur ada overhangnya. Wow...
Di dalam goa ini terdapat saluran air yang sudah terhubung pipa. Air ini dialirkan untuk masyarakat sekitar Wonosari. Untuk masuk goa inipun tidak bisa sembarangan sebab di mulut goa sudah ada pintu yang terkunci. Kuncinya sendiri dipegang oleh kuncennya. Rasa dag dig dug terdengar di hatiku. Kali ini yang ngelead adalah uni Sheba sedangkan saya sebagai cleaner. Sepanjang lorong goa kami melihat pipa air. Pada awal2 penelusuran pun jalanannya sudah di semen. Asyik bener...
Kemudian kami bertemu dengan sebuah aliran sungai yang cukup deras dan lebarnya sekitar 3 meter. Saya agak khawatir jalan ini bisa dilewati atau tidak. Ternyata kami memang harus menembus aliran sungai itu. Rasa panik melanda diriku. Bagaimana bila tenggelam. Padahal saya kan ga bisa berenang. Aliran air ini pun terlihat aneh karena diuujungnya sepertinya menyatu dan berpusat di suatu lubang. Apalagi di sebelah kanan jalur yang kami lewati ada ikan lele besar. Saya sendiri berjalan paling belakang.
Syukurlah kami selamat melewati aliran sungai ini. Masalah bahwa kami harus melewatinya lagi dipikirkan nanti saja. Perjalanan mulai sedikit menantang. Di sebelah jalan yang kami lalui ada aliran sungai yang sangat deras. Wow. Kalo kelihatan mungkin akan keren. Di goa ini pun ga ada kelelawarnya. I like it. Terkadang kami juga harus melintasi aliran sungai yang lebih kecil.
Hingga akhirnya sampailah kami di air terjun. Untuk melewati air terjun ini cukup menyulitkan. Kami harus menggunakan carabiner yang ada di badan kami dan menggantungkannya pada pengaman di sekeliling goa. Ternyata ada gunanya ini carabiner. Badan kami saat itu sudah berlumuran lumpur. Kami harus berjalan satu persatu dan pelan2. Di sebelah kami ada air terjun yang cukup memekakkan kuping suaranya.
Tantangan berikutnya adalah tangga panjang yang diperlukan untuk mencapai dasar dari air terjun. Tangganya sendiri sudah sangat licin oleh lumpur goa. It`s so digusting. Sesampainya di bawah kami pun beristirahat sejenak. Menurut bang Janee perjalanan di goa ini cukup sampai di sini karena semakin ke depan oksigen semakin tipis dan berbahaya. Padahal di depan masi ada 1 air terjun lagi yang bisa dieksplor.
Ada satu hal unik yang kami alami di sini. Entah kenapa ketika duduk sebentar dan ingin beristirahat tiba2 saya merasa sangat mengantuk. Hampir saja saya tertidur. Kalau tertidur mungkin saja saya bakal lewat (a.k.a wafat). Karena oksigen saat itu memang sangat tipis. Badan yang awalnya masih fit tiba2 merasa sangat tidak bertenaga. Sepertinya yang lain juga merasakan hal yang sama. Sehingga akhirnya kami lekas2 meninggalkan tempat ini. Karena goa ini hanya memiliki 1 pintu masuk sehingga untuk kembali kami menggunakan jalur yang sama.
Perjalanan ini berlangsung lebih cepat. Saya sendiri sudah ingin lekas2 menghirup udara bersih lagi. Hingga akhirnya kami kembali tiba di saluran air. Di situ kami berhenti terlebih dahulu untuk foto2. Udara di sini walaupun masi kotor tapi tidak setipis tadi. Kemudian kami pun meninggalkan goa Seropan untuk melanjutkan ke goa berikutnya.
Selepas dari goa, kami kembali ke basecamp terlebih dahulu untuk bersih2 dan makan siang. Setelah beres, kami pun bersiap untuk kembali menelusuri goa berikutnya. Selain menelusuri goa, akan dibuatkan film dokumenter tentang perjalanan ini sebagai media promosi ke maba. Bang Janee akan bertugas sebagai cameramen. Berikut ini kisah yang dituturkan uni Sheba mengenai perjalanan ke goa Semuluh ini.
“Semakin siang semakin panas, seusai makan kami pun bergegas ingin menelusuri keindahan goa kedua. Goa kali ini goa vertikal yang bisa nembus ke goa satunya lagi. Yaitu goa semuluh – jlamprong. Kali ini mulut goa yang kita pilih adalah Goa jlamprong. Menurut warga sekitar, goa ini cukup keramat dan kami dilarang mengambil benda apapun yang berada didalam goa. Setelah berjalan kurang lebih 1 kilo, sampailah kami menuju mulut Goa Jlamprong dengan chambernya yang luar biasa besar. Ketika masuk lumayan membuat bulu kuduk merinding tapi sensasinya luar biasa, adrenalin terasa terpacu. Setiap goa punya keunikan masing-masing, dan perjalanan ke Goa Jlamprong benar-benar berkesan bagi ku karena semua perasaan bercampur aduk jadi satu.
Setelah setengah jam menyusuri, kami menemukan jalan buntu. Kami bingung dan bertanya-tanya (katanya nih goa nembus??). tapi kami berusaha untuk mencari celah atau lubang yang mungkin saja tembus. Lalu kami melihat genangan air, mungkinkah lewat genangan tersebut?? (yups bener banget). Sepintas genangan air yang biasa kami sebut dengan Dam tersebut terlihat dangkal. Ternyata lumayan membuat tubuh kami tertutup air karena hanya bagian kepala yang tersisa untuk bernafas, perasaan saat itu benar-benar luar biasa (takut ada yang narik kita dalam air..hiiii). setelah melewati berbagai rintangan yang sulit akhirnya keputusasaan kami terjawab sudah, kami melihat titik cahaya, yang artinya sudah sampai dimulut goa semuluh. (ternyata kuncennya ga bo’ong kalo goa itu nembus...hahahaha). Sensasi yang aku dapatkan luar biasa, menikmati serta memacu adrenalin dalam kegelapan benar-benar suatu hal yang mengasyikkan. (yang penting zero fatality tetep terjaga).”
Begitulah akhirnya kegiatan penelusuran goa vertikal selesai juga. Akhirnya kami kembali ke basecamp dan bersiap makan malam. Selesai makan malan dilanjutkan dengan evaluasi. Seharusnya sehabis ini dilanjutkan dengan fortek. Namun karena kondisi kami yang sudah sangat lelah akhirnya kami memutuskan untuk tidur. Zzz.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar