Peak oil
adalah topik lama yang selalu mengundang perdebatan. Sebagaimana diketahui,
minyak termasuk golongan sumber daya yang tidak terbarukan. Kalau
kemudian timbul teori dan konsep bahwa (nantinya) akan tercapai peak, tentu
bukanlah suatu yang mengherankan. Teori “peak oil” sendiri dikaitkan
dengan Hubbert's curve. Tahun 1960-an, Hubbert, ahli
geologi Amerika, mencoba memprediksi kapan
terjadinya produksi puncak (peak production) minyak di US. Dari
data yang berhasil dikumpulkan untuk beberapa lapangan disana, dia
memperkirakan peak oil itu akan terjadi awal tahun 70-an yang
mana pada saat peak tersebut dicapai,
50% cadangan yang dapat diangkat (recoverable)
telah diproduksikan. Kontribusi Hubbert ini patut
dihargai, walaupun metodologinya banyak kelemahan disana sini.
Untuk
produksi minyak di tingkat global, ada beberapa pengamat, antara lain:
Colin Campbell, Kenneth Deffeyes serta pengikut Hubbert lainnya
yang senang memprediksi kapan terjadinya peak oil. Namun demikian, begitu
sampai pada tahun yang mereka perkirakan terjadi peak
tersebut, ternyata produksi global terus naik, maka mereka kemudian merevisi
lagi kapan terjadinya peak, begitu seterusnya. Campbell semula memperkirakan
peak oil akan terjadi tahun2004, kemudian di revisi menjadi tahun 2010. Kritik
terhadap para ”peakists” ini adalah tidak ada penjelasan begitu prediksi
mereka meleset, selain membuat prediksi baru.
Kelemahan
mendasar dari teori Hubbert ini adalah tidak memperhitungkan bahwa
estimasi cadangan berubah dengan berjalannya waktu, hal ini
bisa terjadi sebagai akibat adanya teknologi baru
serta faktor yang mempengaruhi komersialitas suatu sumber daya (resources).
Disampingitu, istilah “peak” juga dapat menimbulkan kesalahpahaman, karena
seolah olah lapangan minyak begitu mencapai puncak produksi
akan serta merta anjlok produksinya, padahal umumnya produksi suatu
lapangan minyak akan mencapai periode produksi yang “Plateau” sebelum mengalami
penurunan.
Dalam
banyak kasus, para “peakist” tidak memasukkan aktivitas eksplorasi,
jadi melulu melihat pengembangan dari cadangan yang sudah ditemukan. Memang ada
argumen, dari sisi volume, temuan cadangan belakangan ini relatif rendah. Namun
hal itu tidak disebabkan karena kehabisan prospek untuk menemukan
cadangan, tapi lebih disebabkan karena kurangnya
investasi di sektor eksplorasi, pengembangan dan produksi. Anggaran untuk
eksplorasi cenderung turun. Bisa jadi dalam era harga minyak
tinggi, perusahaan minyak internasional (IOC) akan lebih
termotivasi untuk mengalokasikan anggaran lebih banyak ke pengembangan
dan produksi yang secara ekonomis lebih menarik namun bersifat jangka
pendek. Alasan lain? Seperti kita ketahui, akses untuk
memperoleh blok yang prospek IOC di suatu negara juga semakin
terbatas.
Hal penting
yang juga diabaikan oleh para pendukung “peak oil” adalah fakta bahwa kapasitas
produksi dipengaruhi oleh harga dan permintaan.
Dengan dukungan investasi dan
teknologi, suplai minyak dapat bertambah apabila ada permintaan dan harganya
sesuai. Gambar dibawah memberikan ilustrasi bagaimana potensi sumber daya
dapat bertambah seiring dengan semakin ekonomisnya suatu proyek (EOR, ultra
deepwater dan lain lain). Apalagi kalau unconventional oil yang lain,
seperti: extra heavy oils, oil sands, oil shales dan lain lain juga
diperhitungkan. Mengingat potensi sumber dayanya sangat besar, tentu
dapat membuat terjadinya peak oil mundur beberapa
tahun lagi.
Kembali
ke kapan terjadinya peak oil? Mungkin kita bisa
balik bertanya, apa perlu menebak kapan terjadinya, mengingat tebak
tebakan sebelumnya lebih banyak meleset tanpa bisa menjelaskan kenapa meleset.
Seorang
kolega, ketika ditanya kapan peak oil akan terjadi, menjawab dengan
santai: “peak oil itu ibarat kematian, suatu saat akan terjadi, tapi
kapannya kita tidak tahu, apa perlu kita memprediksi kapan terjadinya?”
Namun
demikian, bagi yang tetap tertarik dengan
prediksi peak oil, Olivert Appert dari IFP Energies mungkin bisa memberi
pencerahan. Pada waktu penulis menghadiri seminar energi di Oxford tahun 2006,
Oliver memberikan presentasi yang cukup menarik terkait dengan cadangan minyak.
Dia cukup rajin mengumpulkan tidak kurang dari 60 publikasi yang memprediksi
kapan terjadinya peak oil yang diprediksi awal tahun 2000-an, seperti dapat
dilihat ada gambar berikut:
Kalau
ditanya kapan terjadinya peak oil? Tergantung dari
tingkat optimisme seseorang, karena menurut gambar tersebut,
bagi yang pesimis, mungkin memprediksi peak oil akan terjadi besok, sementara
yang optimis, memperkirakan akan terjadi pada tahun 2048. Salah satu konsultan
energi internasional yang kondang, IHS CERA, memprediksi bahwa peak oil tidak
akan terjadi sebelum 2030.
Benny Lubiantara Moderator KBK Keekonomian Migas
1 komentar:
I think that is one of the so much vital info for me. And i'm happy studying your article. However want to statement on some normal issues, The web site style is wonderful, the articles is in reality excellent : D. Just right process, cheers
Also visit my web page ringworms
Posting Komentar