Pandemi COVID-19 memberikan banyak pelajaran bagi seluruh warga dunia. Saat ini, tiap orang melakukan usaha terbaik demi menghindari risiko terinfeksi COVID-19. Sudah seharusnya kita lebih patuh terhadap protokol kesehatan yang telah ditentukan Pemerintah Indonesia. Protokol kesehatan ini ditujukan untuk mencegah penularan virus corona dan meminimalisir bertambahnya angka kasus infeksi.
Protokol kesehatan tersebut meliputi menggunakan masker, rajin mencuci
tangan, serta wajib menjaga jarak. Hal ini bukanlah hal yang mudah, karena
bukan merupakan suatu kebiasaan untuk kita semua.
Namun di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia, masih banyak masyarakat
yang abai terhadap protokol
kesehatan. Tidak
sedikit masyarakat yang terlihat tidak mengenakan masker dalam berkegiatan
sehari-hari. Penerapan menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan
menggunakan sabun (3M) oleh masyarakat mulai agak menurun karena masyarakat
Indonesia bersifat komunal sehingga sosialisasi dan interaksi dengan banyak orang
tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku ini
terjadi akibat ketidakjelasan berakhirnya pandemi. Salah satu hal lagi yang
menyebabkan kelelahan masyarakat yaitu situasi ekonomi di tingkat keluarga, dan
media yang terkesan menakuti masyarakat. Di sosial media
Ketika berita-berita tersebut menjadi unggahan di media sosial, pasti ada
komentar warganet yang membuat semua orang termenung. Bahkan ada bahasa “Jangan
apa-apa dicovidkan. Tetangga masuk rumah sakit disebut Covid-19. Paman sakit
jantung disebut Covid-19. Entah apalagi disebut Covid-19 semua”
Kenapa harus takut? Karena kenyataannya ketika ada kasus positif
Covid-19, stigma mengalahkan upaya penelusuran kasus. Di Indonesia ketika ada
kasus positif Covid-19, upaya pelacakan terbatas hanya sampai ke lima orang
saja. Padahal dalam satu hari, seseorang yang berkegiatan di luar rumah sangat
mungkin bertemu dengan lebih dari lima orang.
Ketakutan kesakitan karena tes swab, mengalahkan ketakutannya bila memang
terdeteksi positif Covid-19 dan menularkannya ke anggota keluarga serumah yang
rentan.
Upaya mengkomunikasikan bahaya
Covid-19 memang tidak mudah. Bukan cuma di Tanah Air, di negara lain saja masih
banyak anggota masyarakat yang bandel. Menganggap Covid-19 tidak ada. Sampai
memilih tidak mau dibelenggu oleh penggunaan masker.
Mungkin lebih baik kita ketakutan, takut yang logis, supaya kewaspadaan
itu selalu dijaga. Supaya ketika harus bekerja keluar rumah, atau sekadar ke
warung di kompleks, protokol kesehatan tetap di terapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar