Dalam hukum ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang
saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan
kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada
permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Begitupun di bidang kelapa sawit. Dari grafik di bawah ini terlihat pengaruh supply & demand terhadap harga.
Saat
produksi meningkat seperti pada kuartal ke 3 dan awal kuartal 4 tahun
2013 harga cenderung stabil di level IDR 1.000,-. Namun begitu memasuki
musim penghujan yaitu di akhir kuartal 4 kelapa sawit memasuki musim
tidak ada buah. Sehingga supply ke pabrik menjadi berkurang.
Keterbatasan supply ini membuat harga menjadi terkerek naik ke atas. Mari kita lihat lebih baik pada saat musim normal atau saat tidak ada buah dengan cara membandingkan produksi tertinggi dengan produksi terendah.
Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi penurunan produksi sebesar 66% namun hal ini diimbangi dengan kenaikan harga 64 %. Secara persentase terlihat bahwa penurunan produksi diimbangi dengan kenaikan harga dengan persentase yang hampir sama. Perbedaan terlihat dari pendapatan yang diterima. Pendapatan lebih besar didapatkan saat produksi sedang mencapai puncaknya yaitu lebih tinggi 40% dibandingkan saat musim tidak ada buah. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa musim normal buah lebih disukai meskipun harganya tidak terlalu tinggi.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan air secukupnya. Saat musim hujan dimana terdapat supply air dalam jumlah besar tidak terlalu bagus bagi kelapa sawit. Pemupukan secara teratur dapat dijadikan solusi untuk menjaga produksi buah kelapa sawit tetap stabil pada saat memasuki musim hujan. Begitu musim penghujan selesai mungkin harga akan kembali normal lagi. Semoga saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar