1. Pupuk Urea
Merupakan pupuk Nitrogen untuk pertumbuhan akar, batang dan daun.
Sebelum diserap oleh akar, nitrogen terlebih dahulu diubah menjadi
nitrat melalui beberapa tahapan proses alamiah. Pupuk urea sangat peka
terhadap air / uap air dan suhu udara. Urea yang terurai oleh air
menjadi Carbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3).
Kedua senyawa ini pada suhu khatulistiwa 28º – 31º C akan menjadi gas.
Pada musim kemarau hampir 55 % dari dosis urea yang ditaburkan hilang
oleh penguapan. Dan dimusim hujan, urea akan larut dalam air mencapai
79% dan hilang dalam proses pencucian. Maka sangat tidak menguntungkan
jika urea ditaburkan pada saat matahari sangat terik atau saat jumlah
air melimpah. (Cooke, G.W. 1982. Fertilizer For Maximum Yield. Granada Publishing. London)
2. Pupuk Phospat (TSP, SP-36, CiRP, RP dan lainnya)
Pupuk unsur hara Fosfor (P) yang merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar benih dan tanaman muda. Fosfor berfungsi sebagai bahan
pembentuk protein, membantu asimilasi serta mempercepat pembentukan
bunga, pematangan biji dan buah. Sifat fosfat ini bereaksi dengan
logam-logam berat, sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 bagian dari fosfat yang
dapat dimanfaatkan tanaman. Selebihnya membentuk endapan yang sulit
larut dalam air (fiksasi).
Proses ini menjadikan lapisan tanah mengeras,
terutama lahan yang sudah berulang kali ditaburi fosfat. Efek
keseluruhannya menyebabkan tertutupnya pori-pori tanah sehingga
transportasi udara, air dan unsur hara tidak berjalan serta
mikroba-mikroba yang bekerja menyuburkan tanah terancam punah. (Tan Kim Hong, 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York)
Rendahnya kadar sulfur (S) di dalam tanah disebabkan oleh penyerapan
tanaman yang tinggi, rendahnya kadar sulfur di dalam pupuk yang selama
ini dipakai oleh petani kelapa sawit dan rendahnya kemampuan tanah dalam
menyediakan sulfur. Sulfur diperlukan dalam jumlah yang tinggi sesudah
nitrogen karena kelapa sawit termasuk tanaman yang bijinya menghasilkan
minyak (oil seed). Semua tanaman jenis ini memerlukan sulfur dalam
jumlah yang banyak untuk pembentukan asam amino dalam menghasilkan
protein nabati yang terkandung di dalam minyak sawit (Kamprath dan Till, 1983).
Pupuk yang dipakai oleh petani mengandung sulfur yang sangat rendah
sehingga kontribusinya dalam menyediakan sulfur juga rendah. Sedangkan
kadar sulfur di dalam tanah kering masam yang jauh dari lokasi industri
termasuk sangat rendah-rendah (masih <250 air="" dan="" dari="" em="" ha-1="" hujan="" karena="" kg="" ppm="" rendah="" sumbangan="" tahun-1="" udara="">Gupta dan Dubey, 1998250>
).
3. Pupuk MOP (KCL)
Merupakan sumber Kalium (K) bagi tanaman. Fungsi utamanya membantu
pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat
tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kalium
merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan
penyakit. Untuk tanah yang liat kalium yang ditaburkan terikat oleh
komponen tanah sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 dosis yang dapat terserap
tanaman. Untuk tanah berpasir dimana pori-pori tanah cukup besar maka
pupuk kalium mudah tercuci dan terbawa aliran air.
Untuk kasus kalium, kadarnya yang rendah dimungkinkan oleh tingginya
kebutuhan kelapa sawit akan kalium sehingga terjadi penyerapan yang
melebihi unsur hara lainnya. Hal ini dilaporkan oleh Moody et al. (2002) bahwa
untuk menghasilkan sebanyak 27 ton TBS, kelapa sawit memerlukan kalium
tertinggi sebanyak 257 kg, diikuti oleh nitrogen, sulfur, magnesium,
kalsium, dan fosfor, masing-masing sebanyak 190, 60, 54, 43, dan 26 kg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar